REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Khusus Layanan Khusus Dikdas Mudjito mengatakan, saat ini degradasi moral anak bangsa semakin dirasakan intensitasnya. Akibat keprihatinan ini sampai muncul gagasan revolusi mental melalui pendidikan dan aktivitas kepramukaan, Selasa, (30/9).
Melalui pendidikan dan aktivitas kepramukaan, ujar Mudjito, diyakini dapat membangun fondasi karakter yang kuat apalagi jika ditanamkan sejak dini. "Semakin dini karakter dibentuk maka akan semakin tidak mudah goyah oleh berbagai pengaruh negatif,"ujarnya.
Pendidikan karakter melalui Jambore Kepramukaan, kata Mudjito, bukan hanya monopoli komunitas tertentu. "Jambore Kepramukaan juga harus mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) atau difabel sebab tata pergaulan dalam kepramukaan bersifat egaliter dan non diskriminatif,"katanya.
Anak-anak ini, ujar Mudjito, melakukan Jambore Kepramukaan dari 29 September hingga 2 Oktober di Bumi Perkemahan Cibubur. Tema yang diusung 'Melalui Jambore ABK Kita Bangung Kemandirian Anak Bangsa yang Berkarakter: Mulia, Ceria, Peduli dan Mandiri'.
Kegiatan pramuka ini, kata Mudjito, semua pelaksananya anak-anak ini sendiri. Ada anak tuna netra, anak tuna rungu, anak tuna wicara.
"Kegiatan pramuka ini termasuk petugas upacara, komandan upacara, maupun pembaca pembukaan UUD 45 semuanya dari diri mereka sendiri. Ini perlu dilakukan guna melatih kemandirian dan kepercayaan diri mereka sendiri,"kata Mudjito.