Rabu 01 Oct 2014 16:50 WIB

'Kekerasan dalam Pendidikan Jadi Kurikulum Tersembunyi'

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Djibril Muhammad
Stop Bullying
Foto: gabriellamagdalena.blogspot.com
Stop Bullying

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, kekerasan dalam pendidikan terus dan marak terjadi, seperti kekerasan yang dilakukan antara siswa dengan siswa, senior terhadap junior. Kekerasan ini salah satunya bullying.

Akibat perilaku bullying ini, ujar Retno, 13 siswa SMAN 70 Jakarta dikeluarkan dari sekolahnya. "Kasus ini mengajak kita untuk bercermin menemukan strategi terbaik untuk mengatasi perilaku kekerasan dalam pendidikan," ujarnya, Rabu, (1/10).

Kasus bullying di SMAN 70, kata Retno, membuat sekolah mengembalikan para siswa pelaku kekerasan kepada orangtuanya. Kasus ini sesungguhnya memiliki akar kekerasan berbeda.

Di sekolah itu, ujar Retno, kultur senioritas yang terjadi. Tindakan kekerasan pun tidak lagi dilakukan di lingkungan sekolah, tapi di luar sekolah.

Kuatnya perilaku kekerasan, terang Retno, bahkan bisa membungkam korban untuk tidak melaporkan kepada pihak sekolah. Ada ketidakpercayaan pada pihak sekolah untuk melaporkan perilaku kekerasan karena akan berakibat fatal bagi korban dalam proses pendidikan selanjutnya.

Kekerasan, kata Retno, sudah menjadi laten dan kurikulum tersembunyi. Hal seperti itu sering kali tidak dapat terdeteksi.

Kekerasan dalam pendidikan, ujar Retno, sudah menjadi kultur yang tak mampu diatasi bahkan oleh pemimpin sekolah sekalipun. Bila kekerasan sudah menjadi cara bertindak, solusi pemberian hukuman bagi pelaku sesungguhnya tidak akan menyelesaikan persoalan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement