REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bullying merupakan salah satu kekerasan yang kerap terjadi di berbagai sekolah. Bahkan akibat perilaku kekerasan itu, 13 siswa dari SMAN 70 Jakarta dikeluarkan dari sekolah.
Pengamat Pendidikan Doni Koesoema mengatakan, cara paling baik untuk mengatasi kekerasan dalam pendidikan ialah membereskan akar persoalan utama, yaitu menumbuhkan rasa penghargaan satu sama lain dalam lingkungan pendidikan.
"Hanya dengan berfokus pada prinsip penghargaan bahwa individu itu berharga, bermartabat, dan tidak pernah boleh dirusak dan diperalat apapun alasannya, baru dapat dikembangkan kultur pendidikan yang ramah dan bersahabat," katanya, Senin, (1/10).
Menurut Doni ada lima strategi untuk mengatasi dan memutus mata rantai kekerasan di sekolah. Pertama, sekolah harus membuat kebijakan anti bullying dan kekerasan.
Kedua, kata Doni, mendidik seluruh pemangku kepentingan seperti guru, staf, siswa, dan orangtua agar dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan. Ketiga, menciptakan prosedur untuk melaporkan perilaku bullying dan kekerasan yang terjadi di sekolah.
Keempat, guru dan siswa harus belajar bagaimana menyikapi perilaku kekerasan untuk mengantisipasinya. "Kelima para siswa harus menyalurkan kecenderungan perilaku agresif dengan menyalurkannya membuat keterampilan yang disukai," kata Doni.
Ini semua, ujar Doni, diharapkan bisa mengurangi dan mengatasi berbagai perilaku kekerasan di sekolah. Sebab anak-anak itu di sekolah untuk belajar bukan malah mendapat kekerasan.