Senin 13 Oct 2014 15:51 WIB

KPAI: Kasus di Bukittinggi Bisa karena Kebanyakan Nonton Sinetron

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Adegan video tindakan bully siswa SD di Bukittinggi yang beredar menjadi viral di dunia maya.
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Adegan video tindakan bully siswa SD di Bukittinggi yang beredar menjadi viral di dunia maya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, terjadinya kekerasan pada anak di SD Bukittingi dipicu oleh banyak  faktor. Anak bisa melakukan kekerasan karena dipicu oleh  kekerasan sosial yang terjadi di  lingkungan pendidikan,  permisifme dalam masyarakat, juga tidak ada proteksi yang diberikan sekolah.

Anak-anak, ujar Susanto, bisa melakukan kekerasan karena pola asuh yang  kurang baik. "Anak-anak juga dibiarkan menonton berbagai acara yang tak berpihak pada anak,"ujarnya, Senin, (13/10).

Beberapa  konten sinetron, kata Susanto,  bermuatan kekerasan dalam  konflik rumah tangga. Kebanyakan menonton sinetron bermuatan kekerasan mempengaruhi  sikap dan perilaku  anak.

Kasus ini, ujar Susanto, harus dilihat secara utuh dari berbagai sisi. Anak yang menjadi korban kekerasan harus dipulihkan segera psikologisnya, harus ada treatment khusus agar tidak mengalami trauma.

"Korban harus direhabilitasi segera mungkin baik dari  aspek sosial maupun psikologis. Kalau ada luka harus ada perawatan secara medis,"kata Susanto.

Kasus ini, terang Susanto, harus menjadi  pembelajaran di sekolah agar kekerasan tidak  terjadi lagi. Guru, kepala sekolah harus menyediakan lingkungan sekolah yang ramah anak dan melakukan pengawasan yang lebih agar tidak terjadi kekerasan pada anak, baik antar anak maupun orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement