REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) untuk menggencarkan kampanye anti rokok ke sekolah untuk menekan jumlah perokok pemula di kalangan anak sekolah.
"Saat ini perokok pemula di kalangan SMP/SMA di Indonesia sangat tinggi dan perlu penanganan cepat dari pemerintah dan pihak sekolah," kata Wakil Sekjen III Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prasetyo Widhi di Jakarta, Rabu (29/10).
Ia menjelaskan kampanye anti rokok dapat dilakukan dengan sosialisasi bahaya rokok dan dampak terhadap kesehatan.
"Rokok ini akan mengganggu masa depan siswa karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, misalnya jantung, kanker, ganguan pernapasan, kemandulan dan lainnya," ujarnya.
Selain itu, katanya, pihak sekolah juga perlu menertibkan pedagang-pedagang rokok di sekitar lingkungan sekolah agar siswa tidak bisa membeli rokok itu.
"Kami mengharapkan pengajar atau guru tidak merokok di dalam kelas dan kawasan sekolah untuk memberikan contoh baik kepada siswa sehingga sekolah tersebut bebas rokok," katanya.
Menurut dia, biasanya pada acara hiburan misalnya pementasan-pementasan musik atau acara berkenaan dengan rokok, rokok itu dibagi-bagi kepada peserta yang didominasi generasi muda.
"Biasanya anak-anak mulai belajar merokok dari kegiatan-kegiatan hiburan seperti itu dan kebiasaaan merokok itu ditularkan kepada teman-teman sebayanya," katanya.
Untuk itu, kata dia, sekolah diharapkan untuk lebih ketat melakukan pengawasan dan sosialisasi bahaya rokok kepada siswa sehingga pengaruh dari luar lingkungan sekolah dapat dikurangi.
"Biasanya melalui sosialisasi dapat menjauhkan seseorang dari nikotin tembakau," tuturnya.