REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Riset, Tekonologi dan Pendidikan Tinggi Kabinet Kerja M Nasir menyesalkan anggaran untuk pengembangan penelitian Perguruan Tinggi (PT) dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang belum ideal, disebabkan masih di angka 0,8 persen.
Padahal, menurut dia, anggaran idealnya yaitu minimal 3 persen. "Angka ini tidak efisien diibandingkan Jepang 2,8 atau Amerika yang di atas 3 persen misalnya. Kalau untuk zaman dulu barangkali dana ini cukup untuk Indonesia, namun untuk saat ini tidak," ujar Nasir di Jakarta, Senin (1/12).
Dilanjutkan dia, tidak heran bila sejumlah hasil penelitian PT juga sulit untuk berkembang. Baik dari segi pengembangan penelitian untuk diterapkan di dunia industri maupun masyarakat luas.
"Dari hasil survey dunia, inovasi Indonesia masih lemah juga dalam hal kesiapan teknologi. Survey itu juga mencerminkan banyak riset yang dilakukan namun belum bisa dimanfaatkan," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, selain tambahan anggaran, diperlukan upaya sistematis dan terarah serta kebijakan yang sangat mendukung persoalan hasil penelitian PT ini agar bisa dimanfaatkan secara luas.
"Kita akan fasilitasi, integrasikan, sinkronkan, menyinergikan antara penelitian PT dengan industri maupun masyarakat luas agar hasil riset bisa dimanfaatkan tidak hanya berhenti sampai perpustakaan saja," kata dia.