Senin 01 Dec 2014 17:20 WIB

Guru Bantu Mengukir Prestasi Internasional

Rep: edy setiyoko/ Red: Damanhuri Zuhri
Seni Karawitan (ilustrasi)
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Seni Karawitan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Namanya sesederhana pola hidup keseharian, Purwanto (35). Ia berstatus mengajar di SMKN 8 Solo hanya seorang guru bantu.

Bukan guru kontrak, apalagi sudah masuk golongan Kategori (K-2). Sehingga penghasilanya bukan lagi pas-pasan. Malah, jauh di bawah UMR (Upah Minimum Regional).

 

Memang, Purwanto bukan pengajar mata pelajaran penting di sekolah. Ia hanya mengajar mata pelajaran kegiatan ekstra kulikuler saja, yakni karawitan di SMKN 8 sana. Hanya siswa-siswa yang berminat mengambil kegiatan kesenian tradisional diluar jam sekolah.

 

Sekali lagi, kendati hanya menyandang status guru bantu, Purwanto tak pernah sepi mengukir prestasi. Berkat tangan dinginnya, berhasil mengantar siswa-siswi SMKN 8, Solo, menorehkan prestasi gemilang dalam kegiatan kesenian tradisional karawitan. Diantaranya, prestasi yang diraih, berhasil meraih penyaji karawitan terbaik.

 

Tahun 2014 ini, Purwanto juga mendapat penghargaan internasional atas pagelaran karawitan kolaborasi dengan Malaysia dan Singapura. Tampilan siswa didiknya mendapat penghargaan dari mancanegara.

 

Kendati menyandang status guru bantu, dia tak lemah dalam membina siswa SMKN 8 menggeluti kesenian tradisional karawitan.

Status guru bantu ditelateni sejak 2004 silam. Ia terpaksa harus menahan sabar lebih dalam meniti karir. Sudah berkali-kali mengikuti tes seleksi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil), selalu gagal.

 

Pengajar karawitan SMKN 8 Solo yang masih setia itu, mengemukakan, dalam sepekan dirinya total mengajar selama 40 jam pelajaran. Setiap jam dibayar sebesar Rp 17 ribu.

Mengajar sebanyak jam mengajar itu memang tidak mudah untuk istirahat. Namun penghasilan dari mengajar karawitan itu, dijalani dengan semangat ketekunan, ketelatenan, dan ikhlas.

 

Praktis, penghasilan Purwanto sebulan hanya Rp 680 ribu. Penghasilan sebesar itu, bukan lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini. Sangat jauh dari standar hidup bagi seorang guru. Ia pun tak mengeluh. Tetap mengandalkan kesabaran dan kebersahajaan.

 

Tentu, Purwanto, tak tinggal diam diri, atau menerima apa adanya dari penghasilan ini. Ia terpaksa mencari penghasilan tambahan. Ini untuk menambal kebutuhan hidup yang semakin mahal, lantaran harga barang dan jasa terus naik seiring dampak kenaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak).

 

''Untuk menutup kebutuhan hidup rumah tangga, saya terpaksa ngamen. Artinya, pentas dari panggung ke panggung untuk nmendapatkan upah,'' kata Purwanto polos.

Usaha sampingan tak jauh dari dunia seni karawitan juga. Seperti pentas klenengan, wayang kulit, maupun pertunjukan seni karawitan lain. Kadang, juga memberi pelatihan karawitan paguyuban seni tradisional lain.

 

Hanya saja, ada yang masih menggelitik pada benak Purwanto. Ia mengaku masih mengharap terkait dengan statusnya saat ini yang masih menjadi guru bantu.

Ke depan, ia tetap berharap bisa lolos seleksi CPNS. Status PNS, menurutnya cukup untuk menggantungan masadepan hidup keluarganya. Hanya saja, harapan itu masih dalam angan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement