REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Prof Dr Jimmly Asshiddiqie mengingatkan para guru untuk membentengi siswa-siswinya dari upaya pemurtadan.Jimly mengungkapkan tentang geliat dan bahaya kristenisasi yang marak terjadi belakangan.
Oleh karena itulah Jimly berharap guru mampu memberikan perlindungan kepada murid dari hal tersebut. Pertimbangannya, usia remaja menjadi sasaran empuk dari aksi pemurtadan dan kristenisasi.
"Sekolah juga harus berfungsi sebagai perlindungan dari bahaya deislamisasi dan murtadisasi", kata Jimly saat berbicara pada seminar pendidikan untuk semua guru pembimbing program 3G Indonesia se-Jabodetabek. Acara yang berlangsung di kampus Universitas Al Azhar Indonesia ini diselenggaran Yayasan Al Azhar Peduli Umat.
Kalangan guru diharapkan juga membudayakan budaya positif di sekolah. Budaya positif di sekolah, telah diterapkan lembga pendidikan di luar negeri secara merata bahkan dimulai dari jenjang Sekolah Dasar.
"Di luar negeri sana, sejak SD sudah diajari diksi-diksi positif. Bahkan tidak ada guru yang berkata atau bersikap negatif di sekolah karena itu merupakan rumah kedua mereka dan harus menjaga betul tata kerama demi terwujudnya karakter murid", ujar Jimly yang kini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Ketua YPI Al Azhar Bapak H. Muhammad Suhadi, S.KOM mengapresiasi program 3G Indonesia yang selain memberikan bantuan biaya SPP dan UN, juga memberikan bimbingan belajar serta pelatihan untuk para guru-guru 3G seperti pada kegiatan seminar.
Direktur Al Azhar Peduli Ummat Harry Rachmad menjelaskan program 3G Indonesia yang berdiri sejak tahun 2010 lalu yang sudah membina 1.700 siswa SMA se-Indonesia.
"Program Beasiswa 3G Indonesia ini adalah beasiswa untuk siswa/i kelas 3 SMA tidak mampu dan tidak mempunyai prestasi akademik tapi memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk maju dan sukses. Biasanya beasiswa hanya ditujukan untuk siswa berprestasi, lalu siapa yang memperhatikan mereka?" jelasnya.