REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua PP Muhammadiyah 1998-2005 Prof Dr Ahmad Syafii Maarif mengatakan, awalnya Muhammadiyah bukan organisasi keislaman. Ideologi atau asas keislaman baru dimasukan Muhammadiyah pada tahun 1957.
Ini artinya selama 47 tahun Muhammadiyah berfokus pada pendidikan. Persoalan politik dan sosial pada saat itu yang membuat Muhammadiyah menyatakan perserikatan ini berasaskan Islam. "Karena masalah politik, pada saat itu partai-partai Islam gagal dalam pemilu, maka Muhammadiyah berusaha mengambil peran,"kata Buya Syafii dalam acara Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Award, Ahad (7/12).
Buya Syafii mengatakan Muhammadiyah adalah pembantu negara. Selama ini Muhammadiyah terus membangun negara lewat pendidikan, demokrasi, kemanusiaan dan pemberdayaan. Sejak awal Muhammadiyah tidak dirancang ikut dalam berpolitik. Tapi Muhammadiyah tetap mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi bangsa tanpa ikut dalam politik.
Buya Syafii juga mengatakan asas Amal Maaruf Nahi Munkar baru dimasukan kedalam asas Muhammadiyah pada tahun 1982. Sebelumnya asas Muhammadiyah ikut dalam asas Pancasila. Tanpa ikut dalam kancah politik Muhammadiyah membangun bangsa dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) dan anak-anak yang berkualitas unggul.
SDM yang mampu bertarung dikancah Internasional. Maka pendidikan adalah fondasi yang harus terus dibangun oleh Muhammadiyah. Prof. Dr. Siti Chamamah mengatakan Muhammadiyah memiliki 176 Universitas. Belum lagi pendidikan dasar sampai menengah atas. Hampir disetiap daerah Muhammadiyah memiliki sekolah. Dan hampir disetiap kota besar Muhammadiyah memiliki universitas.
"Jika ada pertanyaan bagaimana mewajibkan pendidikan dasar untuk 240 juta rakyat Indonesia jawabannya adalah Muhammadiyah,"kata Siti.