REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Guru besar sosiologi UIN Bandung Prof Nanat Fatah Natsir mengatakan yang paling menentukan dalam kualitas pendidikan adalah kualitas guru, bukan kurikulum dan komponen lainnya.
"Hasil penelitian menyebutkan kualitas pendidikan 65 persen ditentukan kualitas guru dan 35 persen oleh faktor lain seperti kurikulum dan sarana prasaran," kata Nanat Fatah Natsir dihubungi di Jakarta, Selasa.
Nanat yang juga Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu mengatakan harus ada upaya memperbaiki kualitas guru, yaitu perbaikan pendidikan guru dan kesejahteraannya. Selain kualitas, kuantitas guru juga perlu ditambah.
Menurut Nanat, selama ini siswa, orang tua dan guru selalu dibingungkan dengan kebijakan pendidikan, terutama kurikulum, yang terus berubah setiap ada pergantian menteri pendidikan. Karena itu, Nanat mengusulkan adanya revisi terhadap Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
"Perlu ada revisi UU Sisdiknas yang mengatur pemberlakuan kurikulum misalnya sekurang-kurangnya 10 tahun atau 15 tahun sehingga tidak terjadi setiap ganti menteri ganti kurikulum. Pada akhirnya siswa yang menjadi korban," tutur mantan rektor UIN Bandung itu.
Karena itu, Nanat menyatakan mendukung kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 karena tidak didukung data penelitian yang menyatakan lebih baik daripada Kurikulum 2006.
"Pelaksanaan Kurikulum 2013 juga kurang memperhitungkan kesiapan guru dan buku yang digunakan. Kurikulum 2013 juga kurang sosialisasi sehingga terkesan terburu-buru dan seperti dipaksakan," katanya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia sehingga setiap sekolah menjalankan kembali Kurikulum 2006.
"Proses penyempurnaan Kurikulum 2013 tidak berhenti, akan diperbaiki dan dikembangkan, serta dilaksanakan di sekolah-sekolah percontohan yang selama ini telah menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester terakhir," kata Anies Baswedan. Budi Suyanto