REPUBLIKA.CO.ID, SINGKAWANG -- Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan terkait pelaksanaan Kurikulum 2013 membuat Pemerintah Kota Singkawang mengalami kerugian setidaknya Rp500 juta.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Singkawang HM Nadjib saat dihubungi di Pontianak, Selasa, anggaran tersebut dikeluarkan terkait Kurikulum 2013. "Ini baru aspek buku dan materi, belum waktu dan tenaga. Belum lagi siswa kebingungan dengan perubahannya. Betapa mahalnya perubahan ini," ungkap dia.
Meski belum menerima edaran secara resmi, dalam waktu dekat Nadjib akan memanggil seluruh kepala sekolah dan guru untuk menyikapi persoalan ini. "Sementara ini, bisa saja menggunakan dua penilaian, untuk KTSP dan 2013. Jadi memang harus dipersiapkan dari sekarang, jika memang nanti benar-benar dihentikan, maka guru-guru tidak lagi keteteran," katanya menyarankan.
Ia juga berpesan agar guru, orang tua maupun murid untuk tetap menyikapinya dengan tenang.
Ia menilai, bagi guru yang memiliki kepribadian yang malas, tentu sangat senang ketika penerapan kurikulum ini dikembalikan ke kurikulum 2006 (KTSP). Ia mengakui dalam penerapan kurikulum 2013 segala aspek yang berkaitan dengan siswa selalu dilakukan penilaian. "Termasuk dengan perilakunya, bahkan ketika salam di dalam kelas itu juga dinilai. Sehingga memang penilaiannya rumit, guru-guru yang malas tentunya senang jika kembali lagi ke KTSP. Sedangkan kurikulum 2013 itu momok bagi guru yang malas," kata dia.
Perubahan kurikulum 2013 itu juga banyak yang dikorbankan. Misalnya, dari sisi materi, kemudian diklat para guru, lalu pembelian buku paket untuk kurikulum 2013. Selain itu, untuk buku paket kurikulum 2013 pada semester dua, tidak bisa difungsikan dengan baik jika kurikulum baru tersebut dihentikan.