REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghapusan kurikulum 2013 disambut baik sejumlah guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta selatan. Hal ini dikarenakan kurikulum 2013 dinilai banyak memiliki kekurangan.
Salah satu guru, Maryati (48) menilai penghapusan kurikulum 2013 sudah tepat. Dalam pelaksanaannya kurikulum 2013 dinilai belum sepenuhnya memiliki kesiapan karena banyaknya kendala. Meski demikian, kata Maryati K 13 tetap dipakai hingga berakhirnya semester ganjil.
“Instruksinya hanya sampai semester ganjil, nanti semester genap baru kembali ke KTSP 2006 dengan penyempurnaan 2009 ,” tutur Maryati saat ditemui Republika di Jagakarsa, Kamis pagi (11/12).
Maryati menuturkan kekurangan kurikulum 2013 misalnya saja terdapat pada sarana dan prasarana serta buku panduan bagi siswa.
Bahkan termasuk kesiapan guru yang menurut dia dalam satu tahun baru dua kali guru di sekolahnya mendapat sosialisasi tentang K13. Itu pun hanya dua orang guru.
”Sosialisasi kurikulum 2013 sangat kurang, sedangkan KTSP 2009 itu sosialisasinya lama dari KTSP 2006 terus 2009,” tuturnya menjelaskan.
Selain itu, kata Maryati, permasalahan pendistribusian buku untuk kurikulum 2013 yang dinilainya lambat. Bahkan, di sekolah tempatnya mengajar siswa terpaksa membeli buku-buku umum dari penerbit.
Untungnya untuk buku-buku agama, kata Maryati, sekolahnya sudah menerima dari Kementrian agama. Meski demikian, buku-buku agama yang didapat masih dalam jumlah terbatas.
Ia menilai K13 belum siap diterapkan saat ini di tengah sumber daya manusia di lingkungan sekolah yang masih minim. K13 dianggap terlalu memberatkan siswa yang dituntut menggali informasi sendir.
“Terlalu beban buat anak, mencari pertanyaan dan jawaban sendiri, SDM anak2 kita belum siap, ini juga memengaruhi tehadap lingkungan rumah,” tuturnya menambahkan.