REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Pengiriman guru agama untuk mengikuti pelatihan di pengajaran di Oxford University, London, Inggris beberapa waktu lalu agar menerapkan metode pembelajaran yang lebih baik dalam menyampaikan materi keagamaan di Indonesia.
“Di sana (Oxford), para guru belajar tentang masalah metodologi pembelajaran. Agar dapat memberikan pelajaran agama kepada para siswa dengan cara yang lebih baik dan mudah diterima,” ujar Direktur PAI Kemenag, Amin Hedari kepada Republika, Rabu (17/12).
Dia mengatakan, memberikan pelajaran dengan cara yang mudah dan dapat diterima dengan baik merupakan satu masalah tersendiri. Dengan studi cara pembelajaran Oxford, puluhan guru tersebut diharapkan mendapatkan metodologi baru yang lebih baik.
Amin merasa, metode konservatif dengan cara ceramah yang kerap dilakukan di berbagai madrasah bukan metode terbaik. Sebab metode tersebut hanya mampu merespon daya serap anak terhadap materi sebesar 10 hingga 20 persen.
“Tapi kalau metode interaktif seperti melibatkan murid langsung, daya serap murid akan mencapai 70 persen bahkan lebih,” ujar dia.
Dia menjelaskan, daya tangkap siswa terhadap metode ceramah hanya selama 20 menit. Sehingga metode ceramah harus mulai diperbaharui.
Materi yang diajarkan selama 10 hari di Oxford merupakan materi yang diminta oleh Kemenag, sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Sehingga materi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan di Tanah Air.