REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Alfi Irfan berhasil mengembangkan sebuah produk minuman berlabel Indorempah dengan target pasar luar negeri. Minuman ini terbuat dari tujuh jenis rempah asli Indonesia.
Uniknya, pengelolaan minuman ini dilakukan dengan memberdayakan isteri-isteri petani-petani di Desa Benteng, Kabupate Bogor. Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (ESL-FEM) ini melihat besarnya peluang minuman rempah Indonesia. Selain bisa menghangatkan badan, minuman ini juga bisa bermanfaat untuk kesehatan.
“Saya sempat mengikuti kegiatan di Singapura, Thailand, Malaysia, Chili, Paris, dan New York. Dari situ saya perhatikan mahasiswa asing terbiasa mengkonsumsi alkohol untuk menghangatkan badannya. Kebiasaan ini berdampak negatif terhadap kesehatan. Hal ini sudah mulai disadari mereka dengan mencari alternatif lain. Ini peluang besar untuk rempah Indonesia,” ujarnya dalam siaran persnya yang diterima Republika Online, Jumat (2/1).
Alfi pun menangkap kesempatan ini dengan membuat minuman dari rempah asli Indonesia yang bisa menghangatkan badan sekaligus menyehatkan. Mengusung Indorempah sebagai produk utamanya, kini bersama teman-temannya, Alfi mendirikan PT Global Inovasi Mandiri.
Selain mencetak profit untuk perusahaannya, Alfi berupaya agar usahanya bisa memberikan dampak sosial secara berkelanjutan. Caranya, dengan memberdayakan isteri-isteri petani untuk memproduksi Indorempah. “Walaupun kami sudah memiliki Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Indorempah masih susah menembus pasar retail. Sehingga pemasarannya pun masih bersifat kekeluargaan.
Untuk pasar lokal, produk Indorempah dijual Rp 15 ribu saja, dianggap mahal. Karena itu, strateginya membawa Indorempah untuk mengikuti lomba atau kompetisi internasional. "Di luar negeri saya bisa menjual dengan harga Rp 45 ribu. Mimpi saya, 2-3 tahun ke depan bisa menembus pasar ekspor,” tuturnya.
Menurutnya, perusahaan yang dibangunnya ini termasuk perusahaan yang umum, dimana dapat bergerak di beberapa bidang. Proyek terbaru yang digarapnya adalah membuat rumah di kawasan Kampus IPB Darmaga. Dengan modal awal 200 juta rupiah, Alfi mampu meningkatkan modalnya menjadi Rp 300 juta dari penjualan rumah. Modalnya pun kini bertambah lagi setelah laki-laki kelahiran Jakarta ini berhasil menjadi pemenang di Kompetisi Bisnis Sosial Internasional di Singapura. Alfi dan Timnya (Youth AgriSocio Entrepreneur) berhak membawa pulang hadiah sebesar S$ 10 ribu setara dengan Rp 98 juta. Tim lain yang menjadi juara adalah tim Social Cops dari India, Gazaab dari Nepal dan Singapura, dan The Dorsal Effect dari Singapura.
“Kompetisi ini memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap peningkatan kapasitas diri saya. Selama 7 bulan saya mendapat bimbingan dari Mckinsey & Company, Singapore International Foundation dan IPB dalam pengembangan social enterprise ini. Selain itu, bisnis ini membutuhkan fokus dan tenaga ekstra serta manajemen yang baik. Nanti Insya Allah setelah lulus akan fokus ke perusahaan,” ujarnya.
Selain mengurus perusahaannya, Alfi juga aktif dalam membangun jejaring di luar negeri. Di antaranya aktif di event Innovation Competition, kompetisi produk-produk pertanian, kerja sama dengan mahasiswa di Swiss, Kanada, Chili dan Meksiko. Tiap tahunnya akan digelar annual, dimana tahun 2014 di gelar di Iowa University (Agustus-September) dan tahun depannya lagi di Portugal.
“Lewat perusahaan ini kita kerja sama dengan teman-teman di luar negeri. Dengan teman saya di Singapura, kami membuat perusahaan web developer yang kantornya ada di Indonesia. Rencananya mau dipindah ke Bogor. Kita juga sedang mengembangkan kaos limited edition,” papar Alfi.