Selasa 17 Feb 2015 20:36 WIB

Komunitas Bisa Ikut Sukseskan Wajar 12 Tahun

Rep: c64/ Red: Dwi Murdaningsih
Sekolah sebagai komunitas belajar, ilustrasi
Foto: elfm.co.uk
Sekolah sebagai komunitas belajar, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus merangkul berbagai komunitas berlajar masyarakat untuk dukung wajib belajar 12 tahun. Pasalnya, sarana dan prasarana yang ada masih belum cukup untuk menampung keseluruhan wajib belajar 12 tahun. 

"Selama ini, pemerintah memang masih berfokus pada wajib belajar sembilan tahun. Jadi, memang langkah yang bagus untuk memulai wajib belajar 12 tahun," kata pengamat pendidikan Doni Koesoema Albertus kepada ROL, Selasa (17/1). 

Saat ini banyak anak-anak Indonesia yang hanya mampu lulus SMP saja dan berujung pada pekerjaan kasar. Namun, lanjut ia, program wajib belajar ini akan berakhir menimbulkan masalah jika tidak ada persiapan yang matang. Oleh karenanya, Kemendikbud harus lebih dahulu mempersiapkan sarana prasaranya untuk mendukung hal itu atau dengan merangkul komunitas belajar masyarakat. 

"Dengan merangkul komunitas belajar masyarakat, Kemendikbud bisa menerapakan wajib belajar 12 tahun tanpa berfokus pada pendidikan formal. Sehingga, program wajib belajar 12 tahun dapat terlaksana sebagai mana mestinya," lanjutnya. 

Selain itu, Kemendikbud bisa menfaatkan kegiatan belajarnya sambil meningkatkan, memperbaiki dan memenuhi sarana dan prasaran yang ada. Dikarenakan, dalam melakukan hal itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan anggaran yang lebih besar. 

Oleh karenanya, Kemendikbud harus mendukung dan meningkatkan fasilitas komunitas belajar. Lagi pula, komunitas belajar yang dapat menjangkau daerah yang terpencil, terdalam, dan tidak berfokus pada satu tempat. 

 

"Tapi, bagaimana anak-anak itu bisa mendapatkan pendidikan menengah atas. Jika, sekolah yang ada  tidak bisa menampung mereka, khususnya di wilayah 3T yang sekolah saja jarang." 

Menurut dia, selain berfokus pada wajib pendidikan 12 tahun, Kemendikbud juga harus memprioritaskan anggaran untuk wilayah-wilayah 3T. Mengingat, pendidikan di wilayah 3T  lebih urgent dan tidak seperti diperkortaan yang mudah dijangkau.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement