REPUBLIKA.CO.ID,NUSA DUA - Indonesia dinilai berhasil dalam pemberantasan buta aksara. Bahkan terkait prestasi itu kata Sekjen Kemendikbud, Prof Ainun Naim PhD, pada tahun lalu, Indonesia mendapat penghargaan dari Unesco.
"Angka buta aksara di Indonesia tinggal enam persen," kata Ainun dalam acara jumpa wartawan terkait pelaksanaan Asia Eropa Meeting (ASEM) on Lifelong Learning 2015, Selasa (10/3). Dijelaskannya, sejak Indonesia merdeka, angka buta huruf di Indonesia sangat tinggi, mencapai 90 persen.
Karena itu kata Ainun, saat ini Indonesia sudah dihargai di dunia internasional lantaran berhasil meningkatkan jumlah mereka yang melek huruf. Berdasarkan data hingga akhir 2014, mereka yang masih buta aksara terbesar adalah usia tua atau mereka yang berusia di atas 44 tahun.
Sedangkan dari segi lokasi umumnya di daerah terpencil, terluar dan tertinggal. Untuk mengatasi buta aksara di daerah-daerah perbatasan, dikatakan Ainun, Kemendikbud menjadi daerah itu sebagai prioritas dan akan mengirimkan tenaga guru sesuai yang diperlukan.
Selain itu juga membuat program bersama TNI, untuk membantu mengajari masyarakat dalam membaca dan menulis. Terkait pelaksanaan ASEM di Indonesia, dikatakan Ainun, pemerintah berkepentingan dalam rangka mempercepat peingkatan pendidikan masyarakat.
Lewat seminar atau diskusi yang dilakukan, Indonesia bisa mendapatkan masukan-masukan tentang perkembangan dunia pendidikan dewasa ini. "Kalau sekarang kan sudah serba canggih, menggunakan IT. Ini yang kita pelajari dari negara lain," katanya.
Sementara Wakil Presiden Universitas Terbuka Hongkong, Wing On Lee mengemukakan, dunia pendidikan berkembang begitu pesat. Sehingga sebutnya, bila suatu hanya menggunakan cara-cara konvensional, akan tertingal oleh negara lain.
"Penggunaan tehnologi menjadi pilihan yang sangat tinggi. Tidak hanya dalam pendidikan formal, tapi juga di dunia pendidikan informal dan non formal," katanya.