REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengakui, anak-anak Indonesia yang berusia 15 tahun memiliki kemampuan matematika yang lebih lambat tiga tahun dibandingkan rata-rata negara-negara lain.
“Buat kita review itu jadi penting, karena bukan saja kita membandingkan dengan yang seharusnya, tapi juga dengan negara lain,” ujar Anies, Rabu (26/3) di Hotel Borobudur.
Sebelumnya, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) meluncurkan hasil kajian terhadap Indonesia untuk bidang ekonomi dan pendidikan.
Anies mengakui, negara-negara yang dirujuk oleh kajian OECD merupakan negara-negara maju. Yakni, mempunyai sumber daya manusia yang sangat baik. Hasil kajian dari OECD ini juga merinci, komponen-komponen teknis apa yang mesti diperbaiki terkait kebijakan pendidikan di Indonesia.
“Di saat kita sedang menyusun rencana dan strategi untuk kementerian, maka ini bisa menjadi masukan yang bagus sekali,” jelas Anies.
Anies menambahkan, tidak hanya kemampuan matematika, minat baca anak-anak Indonesia juga tergolong rendah.
Misalnya saja, lanjut Anies, Badan PBB untuk Pendidikan Dunia (UNESCO) telah membuat studi mengenai kemampuan anak-anak Indonesia membaca. Hasil studi itu bukanlah kabar baik bagi Indonesia.
“Kita ini termasuk yang luar biasa (minat bacanya). Nomor dua dari bawah,” ujar dia dengan nada sesal.
Untuk itu, kata Anies, Kemendikbud telah serius membicarakan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil untuk meningkatkan kemampuan matematika dan minat baca siswa pendidikan dasar. Apalagi, Indonesia kini menghadapi peta persaingan global yang lebih intens, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Sebagai langkah solutifnya, tegas Anies, kebijakan yang akan dibuat oleh Kemdikbud tidak hanya berfokus pada kurikulum, melainkan juga guru. Sebab, guru merupakan aktor utama kemajuan pendidikan.
“Gurunya juga harus memiliki kemampuan membaca, membiasakan diri membaca sehingga siswanya juga akan terbawa. Itu karakter manusia terdidik,” ucap Anies.