Ahad 12 Apr 2015 12:17 WIB

Bogor Percaya Diri Hadapi Ujian Nasional

Rep: c21/ Red: Taufik Rachman
 Panitia memindai lembar jawaban ujian nasional tingkat SMP dan sederajat di Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, Kota Bandung, Selasa(6/5).  (foto: Septanjar Muharam)
Panitia memindai lembar jawaban ujian nasional tingkat SMP dan sederajat di Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, Kota Bandung, Selasa(6/5). (foto: Septanjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Pengalaman kelulusan ujian nasional (UN) di Kota Bogor, yang mencapai angka 100 persen tidak membuat Wakil Walikota, Usmar Harimawan cemas dengan sistim baru UN yang akan dilakukan pada tahun 2015. Di sistem baru tersebut, UN tidak lagi menjadi jaminan untuk nilai kelulusan.  

Namun, Wakil Walikota, Usmar Harimawan, kepada Republika, Ahad (12/4), menuturkan, "Kita himbau siswa-siswa sekolah harus tetap mendapatkan nilai maximal, jadi mereka harus tetap fokus di UN."  

Dia menjelaskan, kelulusan tahun kemarin yang mencapai 100% sebaiknya tidak dianggap remeh oleh para siswa di sekolah menengah atas. Soal berbeda akan digunakan pada UN yang diselenggarakan serentak pada Senin (13/4) esok."Antara depan, samping, belakang, berbeda," jelasnya.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dilakukan pengawasan di setiap Rayon penitipan soal UN. Baik untuk SMA maupun SMK. Soal-soal itupun akan diberikan ketika hari H menurut mata pelajaran yang akan ditest hanya pada hari itu.

Misalkan, hari pertama adalah Fisika, berarti hanya Fisika saja yang boleh diambil pada saat subuh tersebut. Karena, tidak serentak soal mata pelajaran yang di distribusikan langsung ke setiap sekolah.

Penjagaan Rayon penitipan Kota Bogor juga telah di Jaga oleh aparat yang berwenang sejak (10/4) kemarin. Terlihat penjagaan di hari weekend ini pun terlihat empat orang personil kepolisian berjaga dari pukul 06.00 Wib sampai 18.00 Wib, penjagaan setiap shift selama 12 jam.

Ujian nasional yang tidak lagi menjadi patokan kelulusan juga dibarengi dengan Computer Based Test (CBT). Namun, di Kota Bogor sendiri baru bisa mengadakan di SMK karena peralatan komputer telah tersedia. Sedangkan pada tahun ini, hanya tiga SMK yang diterjunkan. Yaitu dua dari SMK swasta, dan satu dari SMK negeri.

"Yang SMK swasta dari 90 SMK diambil dua, yaitu SMK Wikrama, dan Infokom. Negerinya diambil dari empat hanya satu, yaitu SMKN 3. Jadi untuk SMK Kota Bogor belum ditunjuk SMA. Nah, tahun depan SMA harus ada," jelas Usmar.

Kendala ini, akibat dari kurangnya prasarana hardware computer di setiap sekolahan yang masih belum mencukupi. Namun, kedepannya dia berharap akan ada penambahan prasarana komputer, di setiap kelas.

Kemudian dia menjelaskan dana untuk UN tersebut dari pusat, jadi relatif untuk Wilayah Kota tidak ada anggaran. Jadi anggaran Pemkot Bogor hanya untuk operasional makan minum saja. Karena ruangan ada semua, soal-soal didrop dari pusat. Anggaran khusus tidak ada. Lalu, kordinator untuk mengevaluasi hasil di IPB, yang menunjuk adalah pusat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement