REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DIY Prof Nizar Ali mengatakan faham radikalisme paling potensial masuk di sekolah umum. Hal ini bersumber dari guru agama yang bukan pelajaran yang linier.
‘’Saya mendapat laporan ada jasa mendidik Guru Pendidikan Agama Islam Gratis dari sebuah Yayasan. Mereka menawarkan ke sekolah untuk memberikan pelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an. Ternyata guru tersebut berafiliasi dengan mazhab tertentu dan menyatakan menghormat bendera itu musyrik dan lain-lain,’’ujarnya.
Nizar mengaku juga mendapat laporan dari Guru Pendidikan Agama Islam di salah satu SMPN di Yogyakarta muridnya ada yang tidak mau ikut upacara dan menghormat bendera. Kata kedua anak tersebut, menghormat bendara sama saja menyembah Allah.
Ternyata anak tersebut diajar Guru Pendidikan Agama yang berasal dari Yayasan yang menawarkan pengajaran pendidikan agama Islam secara gratis. ''Sepertinya ada pengaruh-pengaruh yang bisa menghipnotis anak,'' ungkap Nizar menjelaskan.
Karena itu, kata Guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini, akan datang ke SMPN tempat anak tersebut sekolah untuk melakukan penyuluhan.
‘’Saya prihatin dengan kejadian ini. Ini kan menjadikan jiwa nasionalismenya hilang. Karena itu saya akan datang ke sekolah tersebut,’’ ujarnya.
Menurut dia, penyuluhan kepada Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu upaya untuk menangkal faham radikalisme.
Lebih lanjut dia mengemukakan Kanwil Kementerian Agama DIY berencana untuk bekerjasama dengan Dinas Pendiidkan akan meng-upgrade dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam.