REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sikap para siswa di beberapa daerah setelah ujian nasional (UN) yang melakukan tindakan kurang etis dinilai sebagai kesalahan mengekspresikan kesuksesan akibat menganggap sekolah terlalu mengekang.
"Apa yang dilakukan oleh siswa adalah bentuk ekspresi yang salah dalam mengartikan sukses. Ekspresi yang over seperti itu menunjukkan selama ini sekolah bagi mereka adalah penjara,” nilai Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPP AGPAII) Manahan Marbawi, Senin (20/4).
Kekurangan media berekspresi pun disinyalir menjadi sumber perilaku sejumlah siswa di Makassar pekan lalu melakukan konvoi jalanan di sepanjang jalan umum. Tidak cukup di situ, ada pula siswa yang nekat telanjang. Aksi itu dilakukan di depan SMA Nasional, Makassar.
Sedangkan di Medan, beredar foto siswi perempuan tampak digendong siswa laki-kali. Lain lagi di Kendal, Jawa Tengah.
Dara, bukan nama sebenarnya tertangkap selepas melakukan perbuatan asusila di sebuah hotel di obyek wisata Pantai Muara Kencan.
Marbawi melanjutkan, jika siswa menganggap sekolah adalah penjara artinya ada yang salah dalam sistem pendidikan yang berlaku. Menurutnya, hal tersebut salah satu sebabnya adalah ketidakmampuan guru dalam membuat lingkungan belajar yang bebas dan tidak mengekang.
“Sehingga ketika mereka ke luar sekolah mereka bebas berekspresi yang over,” paparnya.