REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan rasa nasionalisme dibangun pendidikan dari orang-orang Indonesia. Sementara kebangsaan dibangun lewat keterdidikan orang-orang Indonesia, bukan karena suku bangsa.
Dalam pidatonya pada acara Indonesia Mengasuh Bangsa di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (2/5), Anies mengatakan, pendidikan yang membentuk rasa kebangsaan itu berakar dari budaya, dan ditopang dengan pemahaman negara moderen yang di dalamnya terdapat pilar intelektual dan moral.
Dia mencotohkan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang diikuti oleh 29 negara selatan-selatan. "Negara Indonesia didatangi bukan hanya karena sebagai penyelenggara konferensi tersebut, hal itu juga disebabkan bangsa-bangsa itu melihat Indonesia sebagai negara baru yang dibangun dengan gagasan yang modern," jelas Anies.
Menurutnya, rasa nasionalisme jangan diartikan sebagai isolasi. Sebaiknya, kata dia, anak-anak juga harus ditanamkan pemahaman bahwa mereka juga bagian dari warga dunia.
Dia mengatakan menuntut ilmu bisa di mana saja bahkan di luar negeri, namun ilmu tersebut bukan digunakan untuk diterapkan di Indonesia melainkan untuk menyelesaikan masalah-masalah Indonesia dengan ilmu tersebut.
"Menerapkan ilmu dari luar dengan menyelesaikan masalah yang ada di dalam dengan ilmu yang dibawa itu hal yang berbeda, menerapkan berarti mencocokkan ilmu tersebut dengan keadaan yang ada di Indonesia," kata dia.
Dia menyarankan agar warga Indonesia belajar dari warisan terbesar Ki Hajar Dewantara yaitu menyerap wawasan dari luar dan diolah sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia.
"Pesan utama sebagai pendidik adalah menanamkan kesadaran saya orang Indonesia dan juga warga dunia, maka bekali mereka dengan semua pengetahuan. Kalau mereka percaya negeri yang hebat, mereka juga akan jadi anak yang hebat," kata dia.