REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jupni Amri mengatakan, beban psikologi siswa berkurang setelah Ujian Nasional (UN) tidak lagi menjadi penentu kelulusan.
"Saya kira dari sisi psikologisnya tidak terlalu terlihat. Bebannya berkurang, justru siswa bertambah semangat untuk bisa masuk ke SMA yang diinginkan," ujarnya kepada Republika saat pelaksanaan UN SMP, Senin (4/5).
Menurutnya, dari sisi penampilan dan gestur siswa jelang pelaksanaan UN tidak terlalu semrawut. Kondisi itu berbeda ketika UN masih menjadi penentu kelulusan. Dimana, banyak siswa, bahkan guru yang terlihat semrawut.
"Sekarang nampak nyaman, sikap tubuhnya normal seperti hari biasa dan lebih enjoy," ungkapnya.
Ia menuturkan, pelaksanaan UN di hari pertama terbilang lancar dan tidak mendapatkan kendala yang berarti. Distribusi logistik soal pun relatif lancar karena berada dalam pengawasan dinas dan pihak kepolisian.
Jupri mengatakan, para siswa tidak mendapatkan kendala dalam melaksanakan soal ujian. Pasalnya, pihaknya terus memberikan bimbingan kepada para siswa.
Siswa SMP 1 Mataram yang mengikuti UN berjumlah 597. Selain itu, terdapat 11 siswa dari SMP PGRI yang ikut melaksanakan UN di SMP 1 Mataram. "Tidak ada yang menikah, tidak ada yang tersangkut masalah hukum, dan tidak ada yang sakit. Insya Allah diharapkan berkelanjutan sampai hari terakhir UN," katanya.
Terpisah, Pengawas Pendidikan Kota Mataram, Aswandi mengatakan, hingga pelaksanaan UN mata pelajaran Bahasa Indonesia usai, pihaknya tidak menemukan laporan adanya kendala dan dugaan adanya kebocoran.