REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa yang dapat kita pelajari dari negara-negara lain dalam menyiapkan anak-anak untuk masa depan? Banyak.
Mari kita berkeliling dunia untuk melihat bagaimana sistem pendidikan terkemuka membantu murid-murid mereka berprestasi. Dikutip www.parentsindonesia.com berikut penjelasannya:
Finlandia
Kebebasan untuk belajar tidak terlihat seperti sebuah formula untuk sebuah keberhasilan. Anak-anak di Finlandia mulai sekolah lebih terlambat (pada usia 7 tahun) dibandingkan anak-anak di kebanyakan negara lainnya dan mendapat pekerjaan rumah jauh lebih sedikit dibandingkan murid-murid di negara Asia dan di Amerika. Namun, mereka mendapat ranking mendekati yang terbaik dalam mata pelajaran membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Bagaimana warga Finlandia melakukannya?
"Para guru di sana memiliki sebuah pendekatan dengan tekanan yang sangat rendah dan fleksibel," ujar seorang pembuat film Bob Compton, yang film serial dokumenternya mengenai pendidikan global di antaranya The Finland Phenomenon: Inside the World’s Most Surprising School System. Dalam ruang belajar di Finlandia, Anda melihat banyak sekali aktivitas praktis melukis, menggambar, bermain dengan tanah liat, bermain musik. Kelas-kelas tersebut kecil, dan setiap kelasnya terdapat dua orang guru. Anak-anak memanggil para instruktur dengan nama depan mereka dan sering mengikuti mereka selama hampir tiga tahun.
Namun terdapat disiplin ketat di balik keadaan yang sepertinya terlihat santai ini. Walaupun anak-anak berusia di bawah 7 tahun mungkin belum bisa belajar dalam kelas-kelas formal, taman bermain dan tempat penitipan anak bergaya Montessori (umumnya ditawarkan gratis kepada para orang tua) melibatkan anak-anak dalam permainan kreatif dan membantu mereka memeroleh keterampilan-ketrampilan sosial yang penting. Guru-guru di Finlandia memiliki ijazah dalam bidang mata pelajaran yang mereka ajarkan. Para lulusan baru menghabiskan waktu satu tahun penuh melakukan pelatihan praktis di bawah bimbingan seorang instruktur ahli.
Hal ini membantu guru-guru menilai semua kemampuan dan kebutuhan para murid melalui observasi, daripada hanya sekadar memberikan mereka tes. Apapun mata pelajarannya membaca, menulis, matematika penekanannya adalah pada mengajarkan anak-anak cara belajar.
"Intinya bukan berapa banyak soal-soal dalam mata pelajaran matematika yang mereka bisa kerjakan tetapi apakah para murid memiliki pengertian akan konsep dari penambahan atau pengurangan yang mereka sedang kerjakan," kata Tony Wagner, peserta Innovative Education Fellow di Universitas Harvard dan penulis Creating Innovators: The Making of Young People Who Will Change the World.