REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mendapat banyak pertanyaan kritis ketika mengadakan dialog dengan siswa-siswa Binus School Simprug, Rabu (6/5).
Pada sesi dialog, Menteri Agama menerima pertanyaan kritis dari para murid Kelas 11 BINUS SCHOOL Simprug, dari peran kolom agama di KTP, ritual keagamaan, pernikahan beda agama hingga konflik kepentingan yang mengatasnamakan agama.
Menteri Agama menekankan bahwa karakter bangsa yang damai dan bertoleransi merupakan buah dari pendidikan agama yang selalu mengajarkan norma kebaikan pada penganutnya.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi sekitarnya. Bukanlah banyaknya umat agama tertentu, namun sebanyak apa kebajikan yang diberikan dalam artian kesalehan sosial dalam hidup berdampingan dan bermasyarakat,” ujar Menteri Agama.
Di dalam dialog tersebut, Lukman juga bercerita tengang realitas Indonesia yang memiliki keragaman suku bangsa di hadapan siswa Binus School Simprug. “Keragaman adalah anugerah dari Tuhan, agama adalah faktor pengikat dari keragaman masyarakat,” ujar dia.
Perkembangan teknologi atau gadget memudahkan anak-anak mendapatkan informasi. Namun, sering kali informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga cukup membingungkan. Maka itu, menurut dia, anak-anak perlu dibekali dengan pondasi agama, karakter dan nilai kebajikan dalam agama akan menjadi pedoman hidup dalam memfilter informasi atau permasalahan.
Para guru dan orang tua pada sesi dialog juga menyampaikan kepada Menteri Agama agar konteks pendidikan agama di sekolah tidak hanya seputar teori namun juga aplikatif dalam penerapan. Hal tersebut akan ditelaah lebih lanjut oleh Kementrian mengingat pentingnya kontribusi generasi muda dalam membangun suatu komunitas yang memiliki keragaman, toleransi dan erat dalam persatuan.