REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Jurusan Geologi Universita Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Bambang Prastistho, menyatakan bahwa keberadaan lava bantal di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman merupakan bukti sejarah terbentuknya Pulau Jawa.
"Lava bantal tersebut merupakan bukti sejarah pembentukan Pulau Jawa, ini untuk pembelajaran secara terus-menerus," kata Bambang di Sleman, Daerah Istimwa Yogyakarta, Senin (6/1).
Menurut dia, situs lava bantal tersebut terungkap merupakan erupsi sekitar 30 juta tahun silam. "Tidak mudah menentukan tahunnya meletus, perlu sample (batu) yang masih segar. Kami bisa perkirakan itu sekitar 30 juta tahun yang lalu," ungkapnya.
Ia mengatakan, lava bantal berbah tersebut lebih tua dibandingkan gunung api purba lain yang masih berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu Langgeran, di Kabupaten Gunungkidul.
"Tidak ada hubungannya dengan Gunung Merapi. Lava bantal berada di dasar samudera, yang memang dulunya itu lautan. Merapi itu masa kini. Setelah lava bantal, kemudian muncul Gunung Semilir, baru Gunung Api Purba Langgeran. Jadi Langgeran itu lebih muda jauh dari lava bantal," paparnya.
Bambang mengatakan, magma lava bantal tersebut di dalamnya membentuk gelembung-gelembung. Juga merupakan daerah retasan, yang menjadi tempat bertumbuhnya air. "Itu menjadi tempat bertumbuhnya air, keluar sedikit-sedikit mata airnya," tuturnya.
Ia mengatakan, dengan semakin banyak dikenal masyarakat umum, dan dibuka sebagai salah satu objek wisata, diharapkan agar masyarakat setempat bisa menjaganya. "Dipelihara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harus guyub, rukun. Akan sangat sayang bila tidak dijagan" ucapnya.
Dalam beberapa waktu terakhir ini banyak pemburu batu akik yang merusak lava bantal. Ia mengatakan, untuk dijadikan akik, batuan lava bantal tidak baik. "Mungkin ada bagian yang keras, tapi untuk akik tidak bisa," imbuhnya.
Situs lava bantal tersebut, akhir-akhir ini memang diketahui bebatuannya diambil oleh orang tak dikenal.
Menurut salah satu anggota dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat Purnomo, pihaknya sampai hartus membuat papan pengumuman agar batuan lava tak dicongkeli.
"Banyak diambil orang batunya. Mereka yang mengambil tersebut biasanya dilakukan pada malam hari. Mencari kelengahan warga setempat yang melakukan penjagaan," ungkapnya.