REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengembangan kurikulum Bahasa Arab, mulai dari tingkat madrasah sampai perguruan tinggi agama Islam belum mengalami kemajuan yang berarti. Bahkan pengembangan kurikulum maupun metode pembelajarannya talah tertinggal jauh dengan bahasa asing lain.
Demikian hasil penelitian desertasi Muhajir (33), Dosen Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Indonesia (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian tersebut berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang dipimpin Noorhaidi Hasan, Kamis (11/6).
Dijelaskan Muhajir, adanya disparitas antara pengajaran Bahasa Arab mulai madrasah hingga perguruan tinggi agama Islam akibat kurang jelasnya konstruksi epistemologis-metodologis pengembangan kurikulum yang ada hingga saat ini. Riset putra kelahiran Ngawi ini dituangkan dalam judul “Sulasiyah Al-Uqul Nabil Ali sebagai Epistemologi Kurikulum Bahasa Arab di Indonesia.”
Penelitian ini mencari solusi epistemologis-metodologis agar pengajaran Bahasa Arab menemukan bentuk yang relevan dan kontekstual. Ia melakukan riset kepustakaan dengan pendekatan filosofis yang mengedepankan olahan filosofik-teoritik ketimbang uji empirik lapangan.
Data penelitian bersumber dari buku-buku karya Nabil Ali ditunjang dengan data-data dalam jurnal ilmiah, buku, internet, dan data-data lain yang bersifat dokumentatif.
Diungkapkan Muhajir, pemikiran Nabil Ali, bahasa adalah sistem suara yang berubah menjadi makna (simbol) yang mencerminkan pemikiran, pengetahuan dan dipakai sebagai alat komunikasi masyarakat baik dengan bantuan teknologi maupun tidak. Ada empat fungsi bahasa yaitu sebagai alat berfikir, alat kreatifitas, alat pengembangan otak, sebagai alat pengembangan wacana.