REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Struktur angkatan kerja Indonesia yang didominasi lulusan sekolah dasar akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.
"Struktur angkatan kerja Indonesia terdiri atas 7,20 persen lulusan perguruan tinggi, 22,40 persen lulusan sekolah menengah dan 70,40 persen adalah lulusan sekolah dasar. Struktur ini lebih rendah daripada Malaysia," kata Rektor Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) Ari Darmawan Pasek, Jumat (19/6).
Ia mengatakan tantangan utama dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah pendidikan dengan struktur angkatan kerja yang didominasi lulusan SD, maka kebanyakan hanya jadi buruh. Sedangkan semua peluang akan diambil oleh pekerja asing.
"Indonesia kalah jauh dengan Malaysia yang mempunyai struktur angkatan kerja lulusan perguruan tinggi sebanyak 20,30 persen, menengah 56,3 persen dan sekolah dasar 24,30 persen," katanya.
Bahkan, lanjutnya, kondisi angkatan kerja Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara Organization for Economic and Co-operation Development (OECD) lebih parah lagi. Lulusan perguruan tinggi di OECD sebanyak 40,30 persen, menengah 39,30 persen dan dasar 20,40 persen.
Ari Darmawan menuturkan, untuk mengatasi struktur angkatan kerja yang rendah itu maka pemerintah perlu mendirikan perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air.
Perguruan tinggi itu diisi dengan program studi yang lulusannya memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri nasional maupun internasional.