Ahad 05 Jul 2015 02:28 WIB

Kurang Guru, PGRI Kecewa Seleksi CPNS Dibatalkan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Dwi Murdaningsih
Murid kelas IX SMPN 65 melakukan kegiatan belajar mengajar di ruangan sementara di Sekolah Dasar Negeri 12 Pagi, Sunter Jakarta Utara, Kamis (16/4).(Republika/Raisan Al Farisi).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Murid kelas IX SMPN 65 melakukan kegiatan belajar mengajar di ruangan sementara di Sekolah Dasar Negeri 12 Pagi, Sunter Jakarta Utara, Kamis (16/4).(Republika/Raisan Al Farisi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo menyesalkan penundaan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) melalui Surat Menteri PAN dan RB Nomor B/2163/M.PAN/06/2015 30 Juni lalu. Apalagi alasannya  karena banyak kementerian dan pemerintah daerah belum menyelesaikan kewajibannya.

‪"Kami prihatin karena kekurangan guru SD sangat besar. Saat ini banyak SD dengan guru PNS rata-rata hanya tiga orang padahal jumlah kelasnya enam, kalau pengangkatan guru PNS ditunda maka kondisinya semakin parah," kata Sulistiyo, baru-baru ini.

‪Jika pemerintah tidak segera mengangkat guru, ujar dia, pemerintah melanggar Undang-undang  Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota harus memenuhi kebutuhan guru. Baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi.‬

‪"Saat ini seolah-olah tidak ada kekurangan guru sebab kekurangan guru ditutup oleh guru honorer yang tidak diperlakukan manusiawi. Honornya sekitar Rp 250.000,-  per bulan padahal mereka bekerja keras," ujar Sulistiyo.

Selain kekurangan guru, terang dia, Indonesia juga kekurangan  tenaga kesehatan. Kalau akan menunda seleksi seharusnya bukan untuk guru dan tenaga kesehatan, pemerintah harus mempunyai prioritas.

"Sebaiknya Kemendikbud dan Kemenkes tidak diam mengetahui kekurangan guru dan tenaga kesehatan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement