REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Juara Pertama International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) 2015, Joandy Leonata Pratama mengaku syok saat mendengar namanya dipanggil sebagai peserta dengan perolehan nilai tertinggi. Pelajar dari SMA Sutomo Medan itu rupanya memang tidak menyangka akan menjadi juara, meski tahun lalu ia sempat nemperoleh medali perunggu dari event yang sama.
"Pas dengar nama saya, bingung, syok, tapi bangga juga," ujarnya saat ditemui di Komplek Ramayana Candi Prambanan.
Joandy menuturkan perjuangannya untuk belajar selama empat bulan tidak sia-sia. Jika tahun lalu proses karantina hanya berlangsung tiga bulan, persiapan lebih lama pada tahun ini membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Joandy menuturkan, sejak kelas VIII ia memang tertarik pada dunia astronomi. Bahkan sedari awal masuk SMP di sekolah yang sama ia langsung mengikuti ekstra kulikuler astronomi.
"Saya memang suka mengamati sekitar. Bosan dengan apa yang ada di bawah, saya beralih mengamati langit," katanya sambil menenteng medali emas yang baru saja diraihnya.
Joandy mengatakan, dengan mengamati benda langit ia merasa takjub dengan ciptaan Tuhan. Karena manusia rupanya begitu kecil. Namun pada waktu yang bersamaan ia pun merasa manusia begitu besar. "Kita besar karena kita bagian dari bintang-bintang," paparnya dengan wajah ceria.
Sebagai juara dunia untuk ilmu astronomi dan astrofisika, Joandy bertekad untuk membimbing adik-adiknya di tim nasional IOAA tahun depan. "Saya dan teman-teman juga dibimbing oleh kakak-kakak yang pernah mengikuti olimpiade astronomi tahun sebelumnya," ujar Joandy.