Ahad 16 Aug 2015 17:54 WIB

"Ketika Guru Kami Menangis" (bag 2-habis)

Yetty Darliaty (berkerudung merah hati) menangis dalam pelukan salah satu muridnya pada acara reuni alumni SMAN I Depok Angkatan 84, disaksikan para murid lainnya, termasuk istri Kapolri Tejaningsih Badrodin Haiti (paling kiri).
Foto: Irwan Kelana/Republika
Yetty Darliaty (berkerudung merah hati) menangis dalam pelukan salah satu muridnya pada acara reuni alumni SMAN I Depok Angkatan 84, disaksikan para murid lainnya, termasuk istri Kapolri Tejaningsih Badrodin Haiti (paling kiri).

REPUBLIKA.CO.ID BOGOR -- Saat diminta membuat pertanyaan untuk acara doorprize, Yetty mengajukan dua pertanyaan terkait dengan rumus kimia. “Kita sering dengar petani memakai pupuk NPK. Coba sebutkan rumus kimia NPK,” kata Yetty.

Ternyata tak satu pun alumni yang mampu menjawab dengan tepat. Yetty dengan lancar menyebut rumus kimia tersebut.

Begitu pula dengan pertanyaan kedua. “Ibu-ibu kalau membuat kue memakai pengembang. Nah, coba sebutkan apa rumus kimia pengembang kue?”

Lagi-lagi, tak ada satu pun alumni yang mampu menjawab dengan benar. Yetty kemudian menyebutkan rumus kimia tersebut.

“Ibu, pertanyaan kimia Ibu yang sangat sulit, membuat rambut kami semua beruban,” celoteh Bardi, alumni yang paling ‘ngocol’ dan selalu menjadi MC dalam setiap acara reuni.

Seorang guru, tetaplah seorang guru. Ia selalu mendoakan kebaikan dan keberhasilan untuk murid-muridnya. “Ibu berdoa semoga kalian selalu sehat dan panjang umur, dan kita dapat bertemu kembali dalam acara seperti ini pada tahun-tahun mendatang,” kata Yetty.

Yetty tak tahan untuk tidak menangis. Apalagi saat istri Kapolri Tejaningsih Badrodin Haiti, atas nama alumni, menyerahkan kado kenang-kenangan. Air matanya langsung membuncah. Ia menangis sambil memeluk murid-muridnya satu per satu.

Tembang perpisahan “Kemesraan” mengakhiri acara reuni yang digelar sejak pukul 10.00 hingga 15.00. Semoga air mata sang guru selamanya selalu menginspirasi para muridnya untuk menjadi orang-orang yang baik.

 

Dan semoga air mata tersebut juga menjadi panggilan batin para murid untuk selalu mengingat dan mengenang segala kebaikan guru mereka.

Seperti bait lagu “Kemesraan” yang lgu aslinya dinyanyikan Iwan Fals dan Rafika Duri tersebut:

Kemesraan ini

Janganlah  cepat berlalu

Kemesraan ini

Inginku kenang selalu

Hatiku damai

Jiwaku tentram di sampingmu

Hatiku damai

Jiwaku tentram

Bersamamu

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement