REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendidikan merupakan investasi jangka panjang untuk mempersiapkan para pemimpin, pelaku ekonomi, guru, birokrat yang bermutu. Untuk itu, semua kebijakan di dunia pendidikan harus berorientasi pada mutu karena segala sesuatu yang diterapkan selama proses belajar akan menjadi penentu di kemudian hari.
“Jika kita salah mengambil langkah saat ini, kita akan menuai hampa pada saat kita membutuhkan buah yang bernas nanti. Jika itu terjadi, kita tidak bisa mengembalikan waktu yang telah terbuang, akibatnya, kita akan menderita kerugian jangka panjang,” papar Sekretaris Dewan Pembina Yayasan Indonesia Bermutu Deni Hadianan saat membuka rapat reguler Indonesia Bermutu di Jakarta, Selasa (18/8).
Deni menambahkan, Indonesia Bermutu, sebagai lembaga independen dan profesional berkomitmen untuk menjadi salah satu elemen masyarakat yang mendorong pemerintah agar konsisten memberikan layanan pendidikan bermutu pada semua warga negara tanpa kecuali. “Pendidikan bermutu hanya akan menjadi kenyataan melalui guru bermutu,” kata Deni dalam siaran pers, Rabu (19/8).
Guru bermutu akan menghasilkan proses pembelajaran, penilaian dan bahan ajar bermutu. “Dari konteks subtansi-pedagogis, guru bermutu adalah guru yang mampu mendidik bermutu, menilai bermutu, dan meneliti bermutu,” tutur Deni.
Ketua Umum Yayasan Indonesia Bermutu (YIB) Dr Awaluddin Tjalla yang didampingi Sekretaris YIB M Saleh Mude menggarisbawahi tentang kekisruhan yang terjadi bila pendidikan nasional memberlakukan dua kurikulum dalam satu masa.
“Sebetulnya, kurikulum apapun yang digunakan tidak menjadi masalah sepanjang pemerintah memiliki ketegasan dalam memberlakukan kebijakan. Sebuah kebijakan kurikulum yang diambangkan akan berbahaya jika para pelaksana di lapngan tidak diberikan kejelasan tentang kurikulum yang sebenarnya”, tegas Awaluddin Tjalla.