Rabu 26 Aug 2015 16:27 WIB

Tantangan Wajar 12 Tahun di Daerah Terpencil

Rep: C13/ Red: Djibril Muhammad
Wajib Belajar
Wajib Belajar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tahun ini Indonesia pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun. Program ini diperuntukkan bagi seluruh generasi anak bangsa di seluruh Indonesia tanpa terkecuali.

Lead Advisor on Regional Programs and Basic Education, Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia, Basilius Bengoteku mengatakan, untuk menerapkan Wajar 12 Tahun itu ternyata masih banyak tantangannya.

"Terutama di tingkatan sekolah dasar daerah pedesaan dan daerah terpencil," ujar pria yang biasa disapa Bas ini saat Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat tentang Wajar 12 Tahun bertema 'Strategi Percepatan Pendidikan Dasar di Pedesaan dan Daerah Terpencil: Penggunaan Bahasa Ibu sebagai Bahasa Pengantar di Kelas-kelas Awal," di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Rabu (26/8).

Menurut Bas, putus sekolah dan tidak mendaftar sekolah merupakan kendala utama untuk mencapai program itu. Karena itu, jutaan anak usia sekolah pun terpaksa tidak bersekolah. Ia mengungkapkan, terdapat banyak faktor yang mengakibatkan kondisi tersebut.

Bas mengatakan, faktor terjadinya kondisi demikian karena banyak anak yang berada dalam lingkungan kemiskinan. Jauhnya jarak sekolah dengan tempat tinggal juga menyebabkan situasi itu terjadi.

Selain itu, rendahnya kualitas  pendidikan anak juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Oleh sebab itu, pihak manapun seringkali menemukan anak-anak di daerah tersebut yang tidak bersekolah.

Selain kondisi anaknya, Bas juga menyebutkan guru-guru juga menjadi salah satu penyebabnya. Menurutnya, guru-guru di daerah cenderung lebih kurang pendidikan. Misal, kata dia, mereka hanya berpendidikan SMA.

Kemudian, Bas juga menerangkan, banyak sekolah di daerah yang mengalami kekurangan sumber daya. Ia menegaskan, kekurangannya lebih parah dibandingkan di perkotaan. Menurutnya, hal ini terungkap pada penilaian pembelajarannya yang relatif buruk. Misal, lanjut dia, penilaian membaca di kelas-kelas awal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement