Ahad 30 Aug 2015 17:38 WIB

Omah Munir Buat Modul HAM Bagi Siswa SMP

Rep: Lintar Satria/ Red: Ilham
Pimnas PPI ke rumah Omah Munir dan ziarah ke makam Munir
Foto: dok PPI
Pimnas PPI ke rumah Omah Munir dan ziarah ke makam Munir

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Omah Munir menawarkan modul pembelajaran Hak Asasi Manusia (HAM) bagi siswa SMP. Modul tersebut diluncurkan serta diujicobakan pada bekas sekolah Munir Said Thalib, yakni SMP Negeri 1 Kota Batu.

“Sejak Munir meninggal, kami konsen untuk mengembangkan pendidikan pada anak-anak, salah satunya dengan membuat modul PPKN yang berisi pengayaan HAM pada siswa,” tutur Salma Safitri, aktivis sekaligus Direktur Omah Munir dalam peluncuran buku tersebut, Sabtu (29/8).

Diharapkan, usai menjalani ujicoba di sekolah yang beralamat di Jl KH Agus Salim, buku pengayaan ini bisa dipergunakan secara nasional. Modul ini juga tidak menyinggung pasal-pasal pelanggaran HAM, melainkan hanya berisi aneka permainan dan pemahaman dasar HAM.

Fifi menjelaskan, buku dengan tebal 28 halaman tersebut disusun selama enam bulan, dengan melibatkan lima tim penulis yang terdiri dari akademisi, aktivis, serta ahli bidang pendidikan anak dalam membuat buku modul tersebut.

Buku tersebut berisi empat pemahaman. Pertama adalah pengenalan HAM, kedua adalah HAM, Pancasila dan UUD 1945, ketiga HAM di Indonesia, dan pemahaman terakhir adalah HAM di sekitar kita.

Buku ini diajarkan menggunakan metode fun learning yang sejalan dengan kurikulum 2013. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan alat peraga pembelajaran seperti perjalanan HAM di dunia, atau table berbagai jenis HAM yang diakui oleh Indonesia. Dalam buku tersebut, contoh persoalan HAM juga digambarkan sangat luas, atau tidak hanya membahas kebebasan berpendapat seseorang.

“Siswa yang hamil di luar nikah, juga menjadi bagian dari persoalan HAM,” tutur Fifi.

Fifi menegaskan, bahwa buku tersebut bukan untuk menggantikan buku kurikulum yang telah ada. Buku ini hanya bersifat pengayaan pemahaman siswa agar memahami persoalan HAM. “Kami memulai dari sekolah menengah karena lebih mudah. Di usia ini, mereka juga mulai mengenal persoalan sekitar,” tambah Fifi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement