REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lumba-lumba, kakap atau bandeng tidak pernah mendefinisikan apa itu ‘ikan’. Begitu pula para ulama. Mereka sendiri tidak pernah merumuskan definisi ‘ulama’.
“Namun bila kita membaca karya-karya mereka, niscaya dapatlah kita menyimpulkan sejumlah kriteria yang membedakan ulama dengan yang lain,” kata Dr Syamsuddin Arif MA saat memberikan orasi ilmiah bertajuk “Intelektual dan Ulama: Telaah Konseptual Historis Komparatif”.
Orasi ilmiah tersebut disampaikan pada wisuda Angkatan V dan pelantikan santri baru Angkatan VI Lembaga Pendidikan Insani (LPI) Yogyakarta, di Auditorium Fakultas Teknik UGM Yogyakarta, Sabtu (19/9).
Pertama, kata Syamsuddin, sudah barang tentu yang dimaksud ulama adalah mereka yang menguasai ilmu-ilmu agama Islam, memahami hukum-hukum Allah dan mengikuti Sunnah Nabi SAW.
“Para ulama adalah sekelompok orang yang tekun mendalami ajaran agama Allah, yang bepergian, mengembara atau merantau untuk mencari ilmu, supaya nantinya pulang ke kampung halamannya untuk mengajar dan menuntun masyarakat ke jalan Allah agar menjadi hamba-hamba Allah yang beriman dan beramal saleh,” papar Syamsuddin.