Ahad 20 Sep 2015 00:45 WIB

Intelektual Bukanlah Ulama (1)

Sebagai lembaga pengkaderan ulama, Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yogyakarta mewisuda Angkatan V dan melantik santri baru Angkatan VI di Yogyakarta, Sabtu (19/9).
Foto: Dok LPI Yogyakarta
Sebagai lembaga pengkaderan ulama, Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yogyakarta mewisuda Angkatan V dan melantik santri baru Angkatan VI di Yogyakarta, Sabtu (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Samakah intelektual dengan ulama? Menurut Dr Syamsuddin Arif  MA, tidak sama antara intelektual dan ulama.

 

Ia menegaskan hal tersebut saat menyampaikan orasi ilmiah “Intelektual dan Ulama: Telaah Konseptual Historis Komparatif” pada wisuda Angkatan V dan pelantikan santri baru Angkatan VI Lembaga Pendidikan Insani (LPI) Yogyakarta, di  Auditorium Fakultas Teknik UGM Yogyakarta, Sabtu (19/9).

Syamsuddin menyebutkan beberapa ciri intelektual (di Eropa) yang membedakan dengan sebutan ulama dalam konteks Islam.

Pertama, kata Syamsuddin,  intelektual tersebut berbeda dengan ulama, jika ‘intelektual’ di Eropa adalah sebutan bagi mereka yang tidak mau setia atau terikat kecuali pada pemikirannya sendiri (bahkan tidak kepada bangsa, negara, dan agamanya sekalipun –sehingga berarti juga tidak nasionalis, tidak patriotis dan tidak religius).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement