Ahad 20 Sep 2015 00:52 WIB

Intelektual Bukanlah Ulama (3-Habis)

Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pengkaderan ulama. LPI Yogyakarta mewisuda Angkatan V dan melantik santri baru Angkatan VI di Yogyakarta, Sabtu (19/9).
Foto: Dok LPI Yogyakarta
Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pengkaderan ulama. LPI Yogyakarta mewisuda Angkatan V dan melantik santri baru Angkatan VI di Yogyakarta, Sabtu (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Menurut Dr Syamsuddin Arif, ulama juga tidak sama dengan intelektual, meskipun mereka boleh jadi sama-sama tidak terikat baik dari segi ide (non-committal) maupun aksi (independent) kepada kelompok, organisasi, aliran atai mazhab tertentu, berdiri di atas dan untuk semua golongan (non-sectarian).

Juga,  kata Syamsuddin, tidak memihak (non-partisan) secara fanatis, dan justru senantiasa kritis, pantang menyerah (non-conformist), dan menentang arus (oppositional), atau berani berbeda (dissident) dan menunjukkan perlawanan (resistant) terhadap tirani, kebodohan dan ketidakadilan.

 

Lalu, di mana letak perbedaannya? Perbedaannya , kata Syamsuddin, terletak pada niat dan manhaj, pada aqidah dan akhlaq mereka. “Maka sekali-kali tidak mungkin kita menyamakan al-Ghazali dengan Kant, as-Subki dengan Voltaire, atau Hamka dengan Goenawan Mohammad,” papar Syamsuddin Arif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement