REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan Kongres Ilmuwan Indonesia atau Kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia (KIPNAS) 2015 pada 8 hingga 9 Oktober 2015. LIPI menilai penyelenggaraan KIPNAS belum sepenuhnya berdampak besar terhadap perbaikan permasalahan bangsa.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan, peran serta ilmuwan melalui rekomendasi KIPNAS cenderung masih terabaikan. “Rekomendasi kongres cenderung terabaikan,” kata Iskandar melalui siaran pers, Jakarta, Jumat (9/10).
Untuk menghadapi abaian itu, Iskandar berpendapat, KIPNAS tahun ini, LIPI pun bekerja sama dengan Kemenristekdikti. Pada kesempatan ini, LIPI ingin menekankan kembali pentingnya pemikiran ilmuwan untuk membangun Indonesia sejahtera. Hal ini telah diterapkan melalui penyelenggaraan KIPNAS XI yang diikuti 700 peserta dari seluruh Indonesia.
Menurut Iskandar, kontribusi ilmu pengetahuan sudah seharusnya difokuskan sebagai motor utama dalam peningkatan daya saing bangsa. Hal ini karena masyarakat tentu tidak menginginkan adanya kerancuan pemahaman di negara seperti Indonesia.
Selama ini, Iskandar memandang pemegang kebijakan cenderung kerapkali memilih jalan pintas. Mereka melakukannya ketika mereduksi aktivitas ilmu pengetahuan untuk penguatan industri dan ekonomi. Ini biasanya dilakukan mereka tanpa melihat proses yang harus dilalui terlebih dahulu.
Dengan KIPNAS 2015, Iskandar berharap, Indonesia bisa maju, sejahtera, berdaya saing dan mandiri ke depannya. Ini dapat dilakukan dengan mensyaratkan sebuah pendekatan pembangunan yang visioner. Pembangunan ini perlu didukung oleh penguasaaan ilmu pengetahuan.
“Rekomendasi hasil pelaksanaan KIPNAS ke-XI diharapkan dapat terintegrasi dengan kebijakan pemerintah baru yang meletakkan sembilan program unggulan (Nawacita) Presiden Joko Widodo,” tambah Iskandar. Menurut dia, semua ini demi mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut.