REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Beasiswa Bidik Misi merupakan bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik. Program ini tentunya bagaikan penerang harapan bagi mereka yang berpikir tidak mampu melanjutkan kuliah lantaran permasalahan biaya.
Namun, dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan mulus. Salah satu permasalahan dari beasiswa bidik misi adalah tidak tepatnya sasaran penerima beasiswa. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir pun mengakui hal tersebut.
"Iya memang tidak bisa dipungkiri ada juga yang tidak tepat sasaran," ujar Nasir saat sedang mengunjungi Universitas Hassanudin, Selasa (13/10). Hanya saja, sambung Nasir, bila dilihat dari statistiknya, penyimpangan sasaran tidak sampai mencapai lima persen.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu menjelaskan bila memang ada laporan terkait tidak tepatnya sasaran penerima Beasiswa BidikMiisi, maka dari Kemenristek Dikti akan menurunkan tim untuk mengecek kembali kondisi mahasiswa tersebut.
Nasir mengungkap pernah ditipu mahasiswa yang mengaku berasal dari keluarga tidak mampu padahal orang tuanya memiliki mobil mewah."Jadi pernah juga saya ditipu, memang saat review rumah orang tuanya miskin. Tapi di rumah satunya lagu, ternyata punya Pajero, kan tidak pas seperti itu minta bidik misi," ungkapnya.
Kemenristek Dikti, sambung Nasir, akan terus berusaha meminimalisir penyimpangan tersebut. "Nanti kami akan koordinasikan dengan Dirjen untukmelakukan koordinasi dengan seluruh Rektor," ucapnya.
Nantinya, lanjut dia, bila memang ada penyimpangan lagi maka beasiswa tersebut akan langsung dicabut. "Dari awal kan memang untuk mereka yang tidak mampu. Ke depannya yang bisa menerima beasiswa bidik misi adalah mereka yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)," tambahnya.