REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Intelligence quotient (IQ) masih menjadi tolak ukur tingkat kecerdasan seseorang, meski pada kenyataannya tidak cukup akurat memprediksi kecerdasan secara keseluruhan. Selain IQ, ‘faktor g’ (general factor) juga bisa mengukur tingkat kecerdasan seseorang secara umum.
Dilansir dari Science Alert, Saat ini, jika ingin mengukur tingkat faktor g ada beberapa tes internasional yang mengumpulkan data kinerja anak-anak di sekolah. Pengukuran ini biasanya meliputi beberapa mata pelajaran seperti matematika, ilmu pengetahuan, dan kemampuan membaca secara khusus.
Setidaknya, ada dua studi internasional tentang prestasi matematika dan sains yang paling terkenal, yakni TIMSS dan PIRLS, yang dilakukan oleh Pusat Statistik Pendidikan National AS. Sistem perbandingan lain yang terpercaya adalah PISA, yang mengukur kompetensi anak di bawah 15 tahun dalam membaca, matematika, ilmu pengetahuan (dengan fokus pada matematika) di 65 negara dan ekonomi, yang mewakili lebih dari 80 persen dari dunia ekonomi.
Menurut PISA, sejak tahun 2012, siswa Shanghai, Cina menjadi siswa tercerdas di dunia, dengan skor di atas rata-rata dalam matematika, membaca, dan sains. PISA juga menemukan anak-anak super cerdas di Singapura, Hong Kong , Jepang, Korea, dan Finlandia.
Sementara berdasarkan survei yang dilakukan TIMSS dan PIRLS pada tahun 2011, Singapura berada di posisi paling atas, yang kemudian diikuti Hong Kong, Cina Taipei, dan Finlandia. Sayangnya, di negara-negara yang disurvei, tidak semua anak memperoleh kesempatan untuk pergi ke sekolah.