REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Sebanyak 15.300 sekolah dan madrasah dari delapan provinsi dinilai menerapkan praktik pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca dari hasil pendampingan lembaga dari Amerika Serikat USAID dalam program USAID-PRIORITAS.
"USAID membantu penyediaan akses ke pendidikan berkelas dunia untuk siswa Indonesia di sekolah/madrasah tingkat dasar dan menengah pertama," kata Pelaksana Tugas Direktur USAID Indonesia, Derrick Brown, dalam siaran persnya, Kamis (29/10).
Belasan ribu madrasah yang menerima program USAID-PRIORITAS senilai 88,2 juta dolar AS itu berasal dari Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.
"Pelatihan dan pendampingan itu untuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah untuk menerapkan praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, pengelolaan guru, serta program pelatihan pra-jabatan dan dalam jabatan," katanya.
Hasilnya telah ditampilkan dalam "Showcase Nasional USAID PRIORITAS" yang dibuka Sekretaris Jenderal Kemdikbud, Didik Suhardi, yang mewakili Mendikbud Anies Baswedan, di Gedung A Kemdikbud, Jakarta pada Rabu (28/10) kemarin.
"Kami harap program ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi terbaik dan menempatkan mereka menuju kesuksesan," katanya.
Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston mengatakan, showcase itu menampilkan beragam praktik yang baik dari hasil pelatihan dan pendampingan sekolah, LPTK, dan daerah mitra USAID PRIORITAS.
"Dari kegiatan ini, kami harapkan semakin banyak sekolah, LPTK, dan kabupaten/kota yang mendiseminasikan praktik yang baik dari program USAID PRIORITAS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, perkuliahan di LPTK, serta penataan dan pemerataan guru," kata Stuart.
Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Mustain Baladan dan Kepala SMPN 4 Lumajang Ghoniyul Khusnah mendapat kesempatan untuk berbagi praktik yang baik dalam kegiatan ini.
Mustain berbagi pengalaman terkait pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Sidoarjo, sedangkan Ghoniyul Khusnah dari Lumajang punya cara jitu agar sekolahnya mendapat dukungan penuh dari orangtua murid dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang transparan.
Kabupaten Sidoarjo berhasil melakukan diseminasi mandiri dengan mewajibkan setiap guru menyisihkan dana sertifikasi sebesar 5 persen untuk pengembangan diri melalui pelatihan, kelompok kerja guru, seminar, dan masih banyak lagi.