REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak 80 pelajar Indonesia dari tingkat SD, SMP dan SMA akan mengikuti kompetisi Sains dan Seni di Malaysia diselenggarakan di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) pada 30 Oktober-1 November 2015.
Kompetisi ini akan dibuka secara resmi oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno di Kuala Lumpur, Jumat (30/10), kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, Prof Dr Ari Purbayanto dalam keterangannya Kamis (29/10).
Para peserta berasal dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Rintisan Sekolah Indonesia Johor Bahru (RSIJB, Johor Bahru) dan beberapa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)/Community Learning Center (CLC) Wilayah Sabah dan Sarawak.
Program yang pertama kali diadakan ini sangat penting untuk menilai sejauhmana kemampuan dan kualitas pendidikan pelajar Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Malaysia. "Khususnya SIKL dan SIKK, baik dari segi akademik maupun seni. Begitu juga kemampuan anak-anak Indonesia yang belajar melalui PKBM/CLC di Sabah dan Sarawak, yang mutu pendidikannya dalam media terkadang dinilai rendah," katanya.
Ari menambahkan bahwa tujuan kegiatan ini, yaitu menyiapkan pelajar Indonesia untuk berani berkompetisi di tingkat nasional dan internasional, menggali kemampuan, meningkatkan daya analisis dan kreativitas pelajar dalam bidang sains dan seni serta mengembangkan sikap kompetitif dalam diri pelajar yang berwawasan global.
Ada beberapa jenis lomba yang dilombakan dalam kompetisi ini. Untuk tingkat SD adalah olimpiade sains, olimpiade matematika, pidato bahasa Indonesia dan menyanyi solo.
Untuk SMP adalah olimpiade sains, olimpiade matematika, bercerita dalam bahasa Inggris (story telling), menyanyi solo dan presentasi hasil eksperimen. Sementara untuk SMA adalah olimpiade fisika, olimpiade ekonomi, olimpiade biologi, olimpiade matematika, olimpiade geografi dan karya tulis ilmiah.
Kegiatan ini merupakan puncak dari keseluruhan lomba. Proses seleksinya sudah dilakukan di masing-masing sekolah dan PKBM/CLC sejak Agustus-September 2015. Dewan juri berasal dari Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, serta juri dari mahasiswa pascasarjana dan dosen Indonesia yang sedang berkarya di Malaysia. "Mereka sengaja dipilih untuk menjamin objektivitas penilaian," ujarnya.