REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Memberikan motivasi menjadi misi utama Abdul Syakur (41), seorang guru bagi anak-anak penyandang tunadaksa di SMA Luar Biasa, Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya. Selain memotivasi, misi Syakur lainnya adalah menemukan bakat terpendam setiap anak didiknya.
“Selembar ijazah bagi mereka tidak akan berguna. Tapi, kalau mereka percaya diri, dan kemampuan mereka kita gali, setelah lepas sekolah, mungkin ada yang bisa mengkaryakan mereka,” ujar Syakur, Senin (23/11).
Memotivasi anak-anak difabel yang rawan mengalami krisis kepercayaan diri, ujar Syakur, bukan perkara sederhana. Murid-muridnya benar-benar memiliki kebutuhan khusus. Artinya, kebutuhan satu anak berbeda dengan yang lainnya.
Ia menggambarkan, pernah ia harus mengajar empat anak dalam satu kelas. Keempat anak itu, kata Syakur, dua memiliki kemampuan setara, sementara dua lainnya, masing-masing memiliki tingkat kemampuan berbeda.
“Saya mengajar sambil cerita, ada yang nggak suka. Saya kasih ajar pakai menulis, yang lain nggak suka. Jadi cara mengajar masing-masing berbeda, saya buat soal saja berbeda. Kalau yang pintar pilihannya a, b, c , yang kurang pintar Cuma a, b,” ujar Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Muhammadiyah Jember itu.