Rabu 25 Nov 2015 10:44 WIB
Hari Guru

'Banyak Guru Mengajar tidak dari Hati'

Rep: c 39/ Red: Indah Wulandari
Sejumlah siswa SMP Muhammadiyah 5 Solo berbusana wayang orang saat mengikuti acara sungkem massal dalam menyambut Hari Guru di halaman sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Selasa (24/11)
Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Sejumlah siswa SMP Muhammadiyah 5 Solo berbusana wayang orang saat mengikuti acara sungkem massal dalam menyambut Hari Guru di halaman sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Selasa (24/11)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA  --  Para guru di Indonesia masih berlatar belakang  pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) tidak sesuai jurusan yang diinginkan. Hal ini dianggap menjadi salah satu faktor rendahnya motivasi guru dalam mengajar saat ini.

“Bayangkan saja yang jadi guru itu, waktu mau masuk pendidikan guru di PT, tidak semuanya berminat, sisanya adalah mereka yang tidak diterima di jurusan lain. Jadi, banyak yang tidak berangkat dari hati,” kata pengamat pendidikan Mohammad Abduhzen saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (25/11).

Abduhzen mengatakan, setelah mahasiswa tersebut menjadi guru, ternyata mereka juga bekerja dengan gaji yang tidak menarik. Selain itu, secara strata sosial di masyarakat, kata dia, mereka juga tidak menempati posisi yang tinggi.

“Kondisi-kondisi tersebut membuat guru-guru kita itu kehilangan argumentasi dan kehilangan aspirasi untuk menjawab pertanyaan mengapa saya harus menjadi guru yang baik?  Nah, itu yg membuat mereka kemudian menjadi yang penting saya menjalankan tugas,”  jelasnya.

Ia menceritakan, kalau dulu, profesi guru dijadikan sebagai pekerjaan sampingan karena gajinya kecil, sehingga dianggap menjadi faktor kualitas dan motivasi guru tersebut menjadi kerdil dan rendah.

“Itu karena guru tidak pernah disentuh oleh pemerintah untuk meningkatkan kapasitasnya,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement