REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG— SDN Srondol Wetan 04 Semarang, Jawa Tengah, punya cara kreatif dalam memperingati HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-70. Sekolah ini menggelar lomba kreatifitas cipta alat peraga pendidikan bagi para pengajarnya.
Masing- masing guru kelas menciptakan alat peraga pendidikan berbahan barang bekas sesuai dengan mata pelajaran kelas yang diampunya. Hasilnya, sebanyak 17 alat peraga pendidikan karya para guru ini dihasilkan dalam lomba ini.
Mulai dari replika aneka bangun untuk mata pelajaran (mapel) matematika, jungkat- jungkit dan aneka jenis benda (IPA), kartu jadwal shalat (Agama) hingga lampu TL untuk mata pelajaran (mapel) Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
Kepala SDN Srondol Wetan 04, Widji Handayani mengatakan, para guru harus lebih kreatif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Hal ini untuk mendorong proses belajar siswa agar lebih optimal.
Karena itu, dalam memperingati Hari Guru dan HUT PGRI ke-70 ini, pihaknya merepresentasikan nilai- nilai kreatifitas para guru ini dengan lomba cipta alat peraga pendidikan.
Pesertanya para guru pengajar di SDN Srondol Wetan 04 mulai dari kelas satu hingga kelas enam. Masing- masing peserta menciptakan alat peraga sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Untuk juri lomba cipta alat peraga pendidikan ini kita datangkan dari luar lingkungan sekolahnya. “Yakni dari Pengawas Sekolah (PS) serta Beberapa kepala SD di sekitanya,” tambah Widji, Rabu (25/11).
Sementara itu, dari lomba ini para guru mampu menghasilkan sejumlah alat peraga pendidikan yang dibuat dengan barang- barang bekas. Selain murah juga gampang didapatkan di lingkungan tempat tinggal masing- masing guru.
Salah satunya Seti Nuryanti yang membuat replika lampu penerangan dari kardus makanan bekas. Alat peraga ini diciptakannya guna melengkapi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran PKN di sekolahnya.
Ia memodifkasi kardus makanan bekas ini menjadi replika lampu yang jamak ditemui di jalan raya dengan memanfaatkan daya batu baterai. “Memang masih sederhana dan manual, setidaknya sudah dijadikan alat peraga untuk mendukung pengetahuan siswa,” katanya.