REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejayaan suatu bangsa tidak hanya bergantung pada integritas dan kapabilitas para pemimpinnya, tetapi juga para guru.
Para calon pemimpin dibina, dididik oleh guru melalui serangkaian pendidikan yang mampu membangun karakter kepemimpinan yang baik.
Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPP PKS, Fahmy Alaydroes mengatakan, guru merupakan tulang punggung kejayaan bangsa.
"Guru yang baik, bangsa akan berjaya, guru yang buruk, bangsa akan terpuruk," katanya, Selasa, (24/11).
Islam sangat memuliakan posisi guru. Ini merupakan pesan Imam Al-Ghazali.
"Guru seperti matahari yang menyinari bumi, bermanfaat bagi dirinya juga orang lain. Guru patut dimuliakan karena berilmu, beramal, dan mengajarkannya," ujar Fahmy.
Guru, terang dia, merupakan siraj (pelita) segala zaman. Orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya keilmuannya.
Andaikata dunia ini tidak ada guru, niscaya manusia seperti binatang. "Sebab mendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyah dan ilahiyah," ujar Fahmy.
Ketua Umum PB PGRI Sulistiyo mengatakan, tugas dan fungsi guru itu membangun karakter bangsa. "Guru harus membudayakan karakter yang benar, cinta tanah air."
Lahirnya PGRI merupakan salah satu perjuangan bagi tegaknya NKRI. Makanya anak-anak bangsa harus dididik untuk mencintai tanah air.
Hakikatnya, terang dia, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang harus berlandaskan pada hati. Mereka melakukan pembangunan karakter bangsa.
"Namun sayangnya kesejahteraan guru yang seharusnya dimuliakan ini tak sebanding dengan tanggung jawabnya yang besar. Gaji yang diberikan negara kepada guru sangat kecil."
Masih banyak guru honorer yang gajinya kecil Rp 300-an. Masih banyak guru yang belum mendapat tunjangan profesi, ini harus diperhatikan pemerintah.