REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Putra Fausta Kanaka berlari-lari kecil di halaman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bunga Jati yang terletak di kompleks Zeni TNI AD, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Fausta belum lama keluar kelas. Mamanya sengaja tidak langsung mengajak bocah berusia lima tahun ini pulang, melainkan membiarkannya bermain-main lebih dulu dengan teman-temannya. Kemudian, anak berambut keriting ini bergelantungan di permainan bola dunia.
Suasana ceria itu berhasil ditangkap sang ibu, Zulaiha. Dengan alasan itulah, ia memang membiarkan anaknya bermain lebih dulu selepas jam kelas berakhir, sembari menghabiskan waktu bercengkerama dengan ibu-ibu lainnya.
Dia mengaku bersyukur, anaknya kini bisa mendapatkan tempat pendidikan yang jauh lebih 'manusiawi'. Meski jam belajar sudah kelar, ia paham anaknya masih betah bermain berlama-lama di lingkungan PAUD, yang dipenuhi pepohonan rindang. "Fasilitas terpadu di PAUD sini beda banget dengan yang dulu. Tempatnya di sini representatif," kata Zulaiha kepada Republika.co.id pada Selasa (27/10).
Fausta bersama 119 murid PAUD yang terbagi ke dalam empat kelas memang belum lama menikmati gedung baru tersebut. Gedung yang didominasi warna kuning tersebut dengan motif khas Betawi dibangun dengan dana bantuan sosial (CSR) PT Astra International. Bau cat gedung PAUD itu masih terasa, lantaran baru diresmikan pada awal Oktober ini.
Menurut Zulaiha, sebelumnya para murid harus mengikuti proses belajar dan bermain di gedung SKKT, Rajawati. Namun, jangan dibayangkan gedung lama itu sama dengan yang baru, lantaran bagaikan langit dan bumi. Belum lagi, gedung SKKT itu statusnya adalah disewa untuk kegiatan PAUD. Sehingga kalau ada kegiatan masyarakat maka para murid PAUD harus belajar di ruang terbuka.
Dia tidak asal ucap, lantaran dua kakak Fausta harus menjalani pendidikan ketika proses belajar PAUD masih di gedung lama yang terlihat lusuh. "Perubahannya drastis. Dari pertama kita tak punya gedung, kita numpang di SKKT, gedung karang taruna Rajawati, sekarang kita memiliki gedung sendiri. Kalau tadinya gedung (SKKT) dipakai, kita ngalah ke lapangan, kita sekarang tidak perlu repot-repot lagi," ujar warga RT 09 RW 03, Rajawati tersebut.
Zulaika mengatakan, dengan adanya gedung baru, para murid PAUD lebih leluasa dalam bermain. Dia pun merasakan sendiri bisa nyaman ketika menanti putra ketiga tersebut masih di dalam kelas. Karena itu, ia bersyukur Fausta bisa menjalani proses belajar dengan suasana lebih tenang dan lingkungan lebih bersih ketimbang yang dialami kedua kakaknya.
“PAUD di sini siswanya paling banyak, ada 120 murid. Gurunya saja ada delapan, sembilan sama kepala sekolah. Gedung sekolah baru ini baru diresmikan sekitar dua minggu, jadi enak anak saya,” ujar Zulaika yang diamini salah satu guru PAUD.
Sekretaris Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Rawajati Dewi Yusnita mengatakan, gedung baru itu dinamakan fasilitas terpadu masyarakat Kampung Berseri Astra (KBA). Selain digunakan untuk kelas PAUD pada hari Senin hingga Rabu, bangunannya juga difungsikan untuk posyandu dan tempat berkumpul PKK. Dia menyatakan, bantuan yang diberikan Astra tidak datang begitu saja.
Pembangunan KBA, kata dia, merupakan hasil perjuangan para ibu-ibu PKK. Menurut dia, kelompoknya selama ini gigih dalam memperjuangkan fasilitas gedung baru kepada pihak swasta yang peduli pendidikan dan lingkungan. Itu lantaran di kelurahannya, belum memiliki gedung PAUD sendiri. Padahal, jumlah murid PAUD terbilang banyak di atas 100 murid.
Setelah komunikasi secara intens dan dilakukan survei, akhirnya pihak Astra bersedia memberi bantuan berupa pembangunan gedung serbaguna “Bantuan ini, alhamdulillah sangat mendukung, khususnya di bidang pendidikan. Gedung PAUD ini dibangunkan Astra, kalau bangun sendiri dari mana, sementara biaya mahal,” kata Dewi.
Dewi menjelaskan, tentu saja yang paling diuntungkan adalah anak-anak. Dia menuturkan, anak-anak di Rawajati yang berstatus murid PAUD belum mendapatkan fasilitas belajar di dalam kelas yang layak. Karena gedung masih menumpang, kadangkala proses belajar murid harus terganggu. PKK turut prihatin akan kondisi itu.
“Waktu sebelum didirikan bangunan sekarang, (PAUD) di SKKT belakang, tapi kita punya kendala, kalau ada hajatan, itu gedung disewakan. Karena penduduk di sini rumahnya kecil-kecil, gedung serbaguna itu disewakan. Anak-anak PAUD mengalah, belajar di lapangan, kasihan kepanasan,” jelas Dewi.
Dia melanjutkan, PKK Rawajati tidak menyangka kalau bantuan yang diterima terbilang cukup banyak. Pihak Astra, kata dia, juga menyediakan beasiswa untuk siswa SD, SMP, hingga SMA. Menurut dia, perjuangan mendapatkan bantuan itu dilakukan dengan penuh dedikasi, di mana anggota PKK berupaya meyakinkan korporasi untuk menyalurkan CSR ke Rawajati. Selain gedung serbaguna, pihaknya juga mendapat bantuan mesin pencacah plastik.
Setelah mendapat kode akan dibantu, ungkap dia, para ibu-ibu PKK sangat antusias. Mereka gembira lantaran di wilayahnya bakal terbangun gedung serbaguna. “Ibu-ibu PKK di sini aktif, (Astra) pas main-main ke sini (melihat) banyak yang dikerjakan, buat tas, tempat tisu, akhirnya mereka di sini enak juga. Astra merespon, ‘nanti kita bantu’, begitu."
Kepala Divisi CSR PT Astra Internasional Riza Deliansyah menjelaskan, pembangunan fasilitas terpadu meliputi, PAUD, posyandu, dan tempat PKK dilakukan di bawah satu atap. Ditambah bantuan mesin pencacah plastik, dana yang dikeluarkan mencapai Rp 700 juta. Dia berharap, seluruh warga Rawajati bisa merawat fasilitas KBA yang disertai sentuhan budaya lokal. "Intinya, kita ingin kampung bernuansa Betawi ini sehat, cerdas, produktif, dan bersih," ujar Riza.
Dia menjelaskan, masyarakat sekitar KBA Rawajati sudah merasakan manfaat nyata dari fasilitas yang telah diberikan. Selain di KBA Rawajati, Astra melaksanakan program KBA di 13 wilayah lainnya. Di antaranya, Warakas–Jakarta Utara, Cakung Barat–Jakarta Timur, Malakasari–Jakarta Timur, Kebon Jeruk–Jakarta Barat, Kepulauan Seribu–Jakarta Pusat, Pekayon–Bekasi, Juanda–Depok, Pinang–Tangerang, Pasirluyu–Bandung, Keputih Sukolilo–Surabaya, Rungkut Menanggal–Surabaya, Karang Joang–Balikpapan dan Penguyangan–Bali.