REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Minat membaca dan menulis masyarakat Indonesia perlu terus ditumbuhkan untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
"Selama ini minat baca dan tulis masyarakat Indonesia masih kurang. Kebiasaan masyarakat Indonesia lebih pada kebiasaan mendengar dan bercakap-cakap," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti, Rabu (2/12).
Pada konferensi "Inovasi Pendidikan Keperawatan" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ghufron mengatakan penumbuhan minat baca dan tulis itu sangat penting untuk menunjang SDM Indonesia yang berkualitas.
"Masyarakat Indonesia sudah selayaknya mencontoh masyarakat luar negeri seperti Jepang dan Singapura yang telah menanamkan minat baca dan tulis sejak dini," katanya.
Menurut dia, pendidikan yang baik juga harus ditunjang dengan penelitian, dan hasil dari penelitian tersebut dipublikasikan ke masyarakat secara luas bahkan pada taraf internasional. Jumlah publikasi yang dihasilkan oleh peneliti, mahasiswa atau dosen bisa dibilang jumlahnya banyak. Namun, kebanyakan dari publikasi tersebut masih berbahasa Indonesia.
"Publikasi dengan bahasa Inggris masih sangat minim. Hal ini juga disebabkan pendidikan bahasa Inggris masyarakat Indonesia dan pembelajaran baca dan tulis yang masih kurang," katanya.
Ia mengatakan hal-hal yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia untuk berkemajuan dalam bidang pendidikan antara lain dosen atau guru harus tersertifikasi sehingga kualitas pendidik juga terjamin. Pendidikan juga harus selalu mengajarkan teknologi terbaru kepada para murid sehingga generasi muda Indonesia tidak terlambat dalam mengetahui inovasi teknologi yang sedang berkembang di dunia. Selain itu, faktor bahasa dan kegagapan terhadap budaya juga harus diperbaiki.