REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) mengkhawatirkan tantangan dunia digital dalam kemajuan perkembangan industri buku. Ketua Umum IKAPI, Lucya Andam Dewi, menyampaikan sejak lima tahun yang lalu, para penerbit Indonesia saat ini tengah gamang menghadapi masa depan industri buku.
"Ada arus digitalisasi yang terus mengambil tempat dalam ekosistem industri buku, ada booming media online yang menyediakan aneka informasi secara cuma-cuma, ada juga ledakan teknologi informasi yang mengisolasi masyarakat dari dunia buku," kata Lucya saat pembukaan Munas IKAPI ke-18 di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (3/12).
Selain itu, ia juga mengungkapkan berbagai masalah lainnya yang dihadapi IKAPI saat ini, seperti rendahnya minat baca serta buruknya kualitas tulisan warga Indonesia. Lucya juga menyebut, akibat kebijakan pemerintah yang mengambil alih penerbitan, penerbit buku teks sekolah pun menghadapi ancaman. Kendati demikian, Lucya mengatakan, IKAPI dan pemerintah telah bekerjasama untuk meningkatkan komunikasi.
"Kerjasama IKAPI dan pemerintah meliputi pelaksanaan program penerjemahan, penyelenggaraan Indonesia International Book Fair, dan dijadikannya status keanggotaan IKAPI sebagai syarat penilaian buku oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud," jelas dia.
Dalam kesempatan ini, ia juga menyampaikan ancaman keberadaan buku. Masa edar buku yang semakin singkat saat ini menyebabkan keberadaan buku tak lama berada di toko buku dan kembali ke penerbit. Sehingga banyak penerbit yang terpaksa harus mengobral buku-bukunya.