REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro mengatakan industri penerbitan buku sangat membutuhkan standar kompetensi.
“Industri penerbitan buku sangat memerlukan standar kompetensi sumber daya manusia (SDM) penerbitan buku,” kata Afrizal Sinaro pada workshop yang diadakan Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta di Bogor, Selasa (8/12) pagi.
Workshop yang mengangkat tema LSP P-1 itu diadakan dari Senin (7/12) hingga Rabu (9/12) dan diikuti oleh para dosen Polimedia. Afrizal yang juga direktur utama Penerbit Al-Mawardi Prima diudang untuk berbagi pengalaman sebagai praktisi perbukuan.
Afrizal menambahkan, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar penerbit yang tergabung dalam Ikapi DKI Jakarta khususnya, sangat sulit untuk mendapatkan SDM yang berkualitas.
“Sebab, sebagian besar mereka yang bekerja di industri perbukuan atau penerbit adalah mereka yang hanya berdasarkan hobi, tidak ‘by design’ atau berlatar belakang akademik di bidang tersebut,” papar Afrizal.
Misalnya, kata Afrizal, seorang editor di penerbit buku agama Islam. Pada umumnya mereka itu adalah alumni Timur Tengah atau UIN/IAIN. ”Padahal latar belakangnya belum tentu berpengalaman di bidang editor. Bahkan, belum tentu mereka pintar menulis,” tuturnya.
Dalam diskusi tersebut, Ketua Ikapi DKI menyarankan gagasan untuk membuat semacam standardisasi kompetensi SDM penerbitan. “Standardisasi kompetensi SDM perbukuan mutlak diperlukan,” ujarnya.
Tujuannya, kata Afrizal, agar buku-buku yang diterbitkan oleh para penerbit Indonesia lebih berkualitas. “Hal itu sangat penting agar bisa bersaing dengan buku-buku dari negara tetangga terutama sekali dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah di depan mata,” kata Afrizal.
Wakil Direktur Polimedia Dr Misbah Fikrianto mengatakan Polimedia sudah menyiapkan konsep standardisasi kompetensi bagi SDM perbukuan yang diadopsi dari Inggris. “Di Inggris, jurusan penerbitan sudah sampai S3. Di Malaysia ada dua perguruan tinggi yang mempunyai program S2 untuk bidang penerbitan. Sedangkan di Indonesia baru sampai D3,” papar Misbah Fikrianto.