Senin 14 Dec 2015 18:53 WIB

Pesisir yang Diabaikan

kemenrtian koordinator maritim gelar program pemuda maritim
Foto: dok.kementrian koordinator maritim
kemenrtian koordinator maritim gelar program pemuda maritim

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Erdy Nasrul

JAKARTA -- Pemuda asal Koja, Jakarta Utara, Bijak Fadil Ahmad (25 tahun) belum berpengalaman berlayar. Meskipun berhasil  menjadi sarjana teknik pelayaran, dia belum pernah membelah lautan dengan kapal yang ditumpangi.

20 November lalu dia mengikuti Program Pemuda Maritim Kementerian Koordinator Maritim. ‎Dia berlayar dengan KRI Arung  Samudra dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Pelabuhan Ule Lheue, Banda Aceh.

"Ada banyak pengalaman kami dapatkan," ujar  Bijak mengawali kisah perjalanannya, kepada Republika, Sabtu (12/12).

Kapal yang dipimpin Letkol Laut W Baruno Aji itu bergerak. Di dalam alur pelabuhan, Bijak dan 13 teman- temannya hanya  melihat hamparan air laut yang hitam.

Awalnya dia mengira itu menandakan kondisi laut yang dalam. Setelah dipelajarinya,  ternyata warna gelap itu muncul karena polutan dan sampah.

Benar saja. Ketika berlayar meninggalkan alur pelabuhan, kapal yang mengandalkan kekuatan angin ini mulai membelah air yang  dipenuhi sampah. "Bau polutan dan sampah menyatu menusuk hidung," imbuh Bijak.

Sepanjang mata memandang dia melihat sampah plastik kemasan makanan dan minuman, bangkai, kayu, kasur, stereofom, dan  banyak lagi. Air laut seperti bercampur dengan minyak yang berasal dari asap pembuangan kapal-kapal besar.

Selama empat jam dia terus merasakan kondisi itu. Sebagian penumpang mabuk karena bau sampah dan polutan serta kondisi  kapal yang terus bergoyang diterpa ombak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement